Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia mulai merangkak naik pada perdagangan Selasa (22/4/2025) setelah tertekan tajam sehari sebelumnya akibat kritik tajam Presiden Donald Trump terhadap Ketua The Fed Jerome Powell yang mengguncang pasar global.
Melansir Bloomberg, harga minyak mentah global Brent untuk kontrak pengiriman Juni menguat 1,33% ke level US$67,14 per barel pada pukul 14.59 WIB.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei yang akan jatuh tempo Selasa terpantau menguat 1,17% ke $63,82 per barel. Kontrak Juni yang lebih aktif menguat 0,8% ke level US$62,93.
Sebelumnya, harga minyak sempat anjlok usai Trump kembali menyerang kebijakan suku bunga The Fed dan memperingatkan bahwa ekonomi AS bisa melambat jika tidak segera ada pemangkasan suku bunga.
Presiden AS bahkan dikabarkan mempertimbangkan untuk memecat Powell, yang memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham, obligasi, dan dolar pada Senin.
Gejolak ini turut menyeret pasar minyak, memperpanjang tren pelemahan harga bulan ini di tengah kekhawatiran akan memanasnya ketegangan dagang antara Washington dan mitra-mitra utamanya.
Sebelumnya, Gedung Putih menyampaikan rencana pemecatan Powell sedang dikaji. Hal ini terjadi di tengah-tengah arah kebijakan Presiden Trump yang terlihat bakal mengobrak-abrik ekonomi terbesar di dunia.
"Pada saat pemerintahan telah menanamkan tingkat ketidakpastian yang semakin tinggi ke dalam prospek ekonomi, setiap upaya untuk menyingkirkan Powell akan menambah tekanan ke bawah pada aset AS," kata Ian Lyngen, kepala strategi suku bunga AS di BMO Capital Markets, Selasa (22/4/2025).
Trump menegaskan kembali seruannya kepada Fed untuk menurunkan suku bunga pada hari Senin melalui sebuah posting di Truth Social, menulis, "'Pemotongan Preemptif' dalam Suku Bunga diminta oleh banyak orang."
Meski para ahli hukum mengatakan bahwa seorang presiden tidak dapat dengan mudah memecat ketua Fed, dan Powell mengatakan bahwa dia tidak akan mengundurkan diri jika diminta oleh Trump, spekulasi tersebut memberikan pukulan baru bagi aset AS.
Sementara itu, struktur kurva kontrak berjangka Brent menunjukkan indikasi pasar yang sedang lesu, dengan kontrak jangka panjang diperdagangkan di atas kontrak jangka pendek — pola yang dikenal sebagai contango, yang mencerminkan ekspektasi kelebihan pasokan.
Pendiri Vanda Insights Vandana Hari mengatakan sulit untuk melihat prospek positif jangka pendek bagi pasar minyak mentah.
”Pelaku pasar akan mencermati pernyataan terkait perdagangan dari rangkaian pertemuan Bank Dunia dan IMF (Dana Moneter International) pekan ini, yang berpotensi memengaruhi arah sentimen global,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/4/2025).
Kembalinya pasokan minyak mentah dari OPEC+ yang sempat dihentikan, juga turut memicu kekhawatiran banjir pasokan dan memberi tekanan tambahan terhadap harga di pasar energi.