Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing terus melepas aset saham emiten-emiten Indonesia dengan membukukan jual bersih atau net sell sebesar Rp40 triliun sejak awal 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, akumulasi net sell investor asing mencapai Rp40,66 triliun atau setara dengan US$2,41 miliar hingga Selasa (15/4/2025).
Kemarin, net sell asing mencapai Rp2,47 miliar sehingga akumulasi aksi jual bersih sejak bursa saham kembali beroperasi usai libur Lebaran mencapai Rp10,64 triliun. Sepanjang 8-15 April 2025, asing terus-menerus mencetak jual bersih setiap hari perdagangan saham.
Aliran modal asing di pasar saham turut berimbas terhadap gerak indeks harga saham gabungan. IHSG terkoreksi 9,01% secara year-to-date (YtD) dan parkir di level 6.441,68 pada Selasa (15/4/2025).
Secara month to date, titik terendah IHSG secara intraday disentuh pada level 5.882,6 pada 8 April 2025. Pada hari yang sama, IHSG ditutup ambrol 7,9% ke posisi 5.996,14.
Pada saat yang sama, BRI Danareksa Sekuritas mencatat investor asing paling banyak melepas saham Bank Mandiri (BMRI) dengan net sell Rp4,41 triliun dalam sepekan terakhir. Selain itu, net sell BBCA Rp3,86 triliun, BBRI Rp2 triliun, dan BBNI Rp1,77 triliun.
Di luar sektor perbankan, net sell asing di saham ADRO tercatat Rp507,6 miliar, PTRO Rp356,9 miliar, dan MDKA Rp321,5 miliar secara month to date.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan aliran dana asing masih akan keluar deras dari pasar saham Indonesia ke depan atau pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Donald Trump.
"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita pada April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen Jepang dan franc Swiss," ujar Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai di tengah tekanan sentimen tarif Donald Trump terhadap pasar saham, masih ada harapan masuknya dana asing.
"Sentimen Trump akan mereda, kalau pertumbuhan ekonomi global tercapai. Jadi tetap saja sentimennya temporer, market bereaksi positif jika sudah mendapatkan kesepakatan dalam hal tarif," ujar Nafan kepada Bisnis.
Kemudian, menurutnya saham-saham yang sebelumnya banyak dijual asing seperti bank jumbo akan menjadi penggerak IHSG dan penopang masuknya dana asing.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.