Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obligasi Pemerintah Jadi Opsi Investasi Kala Trump Tunda Tarif Impor

Obligasi pemerintah menjadi opsi investasi kala Trump menunda pengenaan tarif impor selama 90 hari.
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati pergerakan harga saham dan obligasi di Profindo Sekuritas, Jakarta, Kamis (5/9/2024)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Investor tampak mengambil jalur aman di pasar obligasi saat kondisi pasar saham terhempas oleh ketidakpastian tinggi akibat sentimen tarif Trump. Analis melihat daya tarik pasar surat utang lebih tinggi karena kurang rentan terhadap dampak perang dagang.

Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa penundaan tarif impor Trump baru-baru ini turut berkontribusi terhadap risk off di negara berkembang seperti Indonesia.

“Adanya penundaan ini, saya mengharapkan asing akan masuk kembali ke pasar obligasi domestik,” katanya kepada Bisnis, Jumat (11/4/2025).

Menghadapi situasi saat ini, dia melihat investor masih akan lebih menyukai investasi obligasi, terutama obligasi pemerintah. 

Dia menjelaskan bahwa dibandingkan dengan saham atau obligasi korporasi, pasar obligasi pemerintah relatif lebih aman karena dianggap risk free dan kurang rentan terhadap dampak perang dagang yang terjadi di sektor riil.

“Saya menilai investor akan tetap memfavoritkan pasar obligasi pemerintah, terutama oleh investor lokal. Apalagi, sebagian besar investor domestik adalah investor konvensional seperti dana pensiun dan asuransi yang mana kurang mentoleransi risiko,” tambahnya.

Sementara itu, dia juga menjelaskan bahwa asing akan lebih didominasi oleh spekulan jangka pendek yang mencari keuntungan dari peningkatan volatilitas di pasar.

Adapun, pekan lalu Trump menangguhkan kebijakan tarif impornya terhadap puluhan negara kecuali untuk China hingga 90 hari ke depan.

Sementara itu, minat investor di obligasi ritel seperti Sukuk Tabungan (ST) seri ST014 terpantau tetap semarak dengan penawaran sebelumnya. Hingga Minggu (13/4/2025), ST014 sudah terjual Rp16,78 triliun.

Mengacu data salah satu mitra distribusi PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) pada Minggu (13/4/2025) pukul 16.00 WIB atau penawaran hari ke-38, terpantau investor telah memborong ST014 sebanyak Rp16,78 triliun dari kedua seri yang diluncurkan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) RI.

Kuota awal kedua seri ST014 sebesar Rp15 triliun, namun kenaikan permintaan membuat kuota ST014, khususnya ST014T2 ditambah sebanyak Rp3 triliun menjadi Rp14 triliun. Sehingga total kuota untuk kedua seri ST014 menjadi Rp18 triliun.

Perinciannya, ST014T2 telah terjual sekitar Rp13,3 triliun atau 95,8% dari kuota penawaran sebesar Rp14 triliun, dengan kuota tersisa Rp685,7 miliar atau 4,2%.

Berikutnya, ST014T4 telah terjual sekitar Rp3,46 triliun atau 86,7% dari kuota sebesar Rp4 triliun, dan tersisa Rp531,1 miliar atau masih 13,3%.

Dari data penjualan tersebut menunjukkan ST014T2 tenor 2 tahun lebih diminati oleh investor dibandingkan ST014T4 dengan tenor 4 tahun.

Head of Investment Bareksa Christian Halim memproyeksi bahwa penawaran ST014 masih menarik perhatian para investor pada saat ini.

"Kupon yang ditawarkan ST014 merupakan imbal hasil Sukuk Tabungan tertinggi sejak 2019 atau dalam 5 tahun, sehingga diproyeksi akan menarik perhatian investor," katanya.

Dia memproyeksikan penjualan ST014 akan menembus Rp20 triliun, meski ST014 ditawarkan dengan kuota awal sebesar Rp15 triliun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper