Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Pundi-Pundi INDY hingga TOBA di Bisnis Kendaraan Listrik

Sejumlah emiten seperti PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) telah menyasar bisnis kendaraan listrik.
Ilustrasi kendaraan listrik (EV) sedang diisi dayanya di jalan./ Bloomberg - Ksenia Kuleshova
Ilustrasi kendaraan listrik (EV) sedang diisi dayanya di jalan./ Bloomberg - Ksenia Kuleshova

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten seperti PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menyasar bisnis kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Bagaimana kemudian kinerja bisnis kendaraan listrik emiten-emiten tersebut?

INDY masuk ke bisnis kendaraan listrik melalui PT Ilectra Motor Group (IMG) sejak 2018 dengan memproduksi motor listrik bermerek Alva.

Perseroan pun telah gencar mengembangkan berbagai stasiun pengisian daya, seperti Alva Boost Charge Station dan Alva Intelligent Charging System (AICS) yang memungkinkan penggunanya mengatur pengisian daya melalui aplikasi My ALVA App.

Selain itu, INDY melalui anak usahanya PT Energi Makmur Buana juga meluncurkan merek anyar INVI, yang mendistribusikan bus listrik KG Mobility lengkap dengan charging station-nya.

Berbagai lini bisnis kendaraan listrik INDY itu kemudian masuk ke segmen usaha bisnis hijau. Adapun, segmen usaha tersebut telah menyumbang pendapatan US$37,98 juta bagi pendapatan INDY pada 2024. Angka pendapatan dari segmen usaha bisnis hijau itu tumbuh pesat dibandingkan 2023 sebesar US$11,1 juta.

Berdasarkan laporan keuangan, emiten afiliasi Arsjad Rasjid ini mencatat pendapatan sebesar US$2,44 miliar, terkoreksi 19,17% dibandingkan dengan posisi pendapatan sepanjang 2023 di angka US$3,02 miliar.

Kemudian TOBA mengembangkan bisnis kendaraan listrik PT Energi Kreasi Bersama yang memproduksi motor listrik bermerek Electrum.

Pada akhir 2024, TOBA telah mengoperasikan lebih dari 4.400 unit motor listrik di Indonesia. Adapun, mengacu laporan keuangan, TOBA meraup pendapatan dari penjualan dan sewa kendaraan listrik sebesar US$6,46 juta pada 2024, naik dibandingkan US$217.989 pada 2023.

Kontribusi bisnis kendaraan listrik TOBA itu memang tergolong kecil. Sebab, TOBA mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$445,6 juta. Akan tetapi, Presiden Direktur TOBA Dicky Yordan mengatakan TOBA terus berupaya mendongkrak kinerja bisnis berkelanjutannya termasuk kendaraan listrik.

“Kinerja keuangan tahun 2024 ini menunjukkan bahwa strategi kami dalam melakukan transisi dari bisnis berbasis batu bara menuju bisnis berkelanjutan memberikan hasil positif,” kata Dicky pada beberapa waktu lalu. 

Emiten terafiliasi Pandu Sjahrir itu juga telah menjalin kolaborasi strategis dengan Asian Development Bank (ADB) dan Bank DBS Indonesia untuk mempercepat adopsi penggunaan sepeda motor listrik di Indonesia. TOBA akan mendapatkan pendanan sebesar US$15 juta untuk mendukung pengembangan Electrum.

Emiten lainnya PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) juga turut masuk ke pasar kendaraan listrik lewat anak usahanya PT Gesits Motor Nusantara. Anak usaha WIKA itu memproduksi motor listrik bermerek Gesits.

Gesits Motor Nusantara pada 2024 mencatatkan pendapatan sebesar Rp21,07 miliar, menyusut dibandingkan pendapatan pada 2023 sebesar Rp25,93 miliar.

Kinerja pendapatan WIKA secara keseluruhan pun memang menyusut menjadi Rp19,24 triliun pada 2024, dibandingkan Rp22,53 triliun pada 2023.

Selain itu, PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) mengembangkan bisnis kendaraan listrik melalui anak usahanya PT Volta Indonesia Semesta yang memproduksi motor listrik Volta. Bisnis kendaraan listrik NFCX ini masuk ke dalam segmen usaha produk dan layanan energi bersih yang mencatatkan pendapatan sebesar Rp107,93 miliar pada 2024, menyusut dibandingkan Rp157,35 miliar pada 2023.

Adapun, secara keseluruhan NFCX pun mencatatkan pendapatan bersih yang menyusut menjadi Rp6,07 triliun pada 2024, dibandingkan Rp9,52 triliun pada 2023.

Terdapat pula emiten yang berfokus pada penjualan produk kendaraan listrik. PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) misalnya menjadi perusahaan yang memproduksi kendaraan listrik dengan merek Selis. 

SLIS mencatatkan kinerja penjualan yang bertumbuh 10,81% yoy menjadi Rp501,28 miliar pada 2024. Akan tetapi, laba SLIS turun 77,84% yoy menjadi Rp4,7 miliar pada 2024.

Emiten kendaraan listrik lainnya adalah PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) milik Grup Bakrie. VKTR di antaranya memproduksi bus listrik yang digunakan oleh Transjakarta.

VKTR telah membukukan penurunan penjualan bersih 5,48% yoy menjadi Rp1 triliun, dari tahun sebelumnya sebesar Rp1,06 triliun.

Dari segmen usahanya, penjualan perdagangan komponen suku cadang pihak ketiga berkontribusi paling besar yakni Rp862,2 miliar pada 2024, susut dari raupan tahun sebelumnya Rp960,29 miliar.

Meskipun, penjualan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai pihak ketiga VKTR tumbuh menjadi Rp144,24 miliar pada 2024, dibandingkan Rp106,16 miliar pada 2023.

Total laba bersih VKTR pun turun 58,41% yoy menjadi Rp12,29 miliar pada 2024, dibandingkan Rp29,56 miliar pada 2023.

Peluang dan Tantangan Bisnis Kendaraan Listrik di RI

Direktur Utama VKTR Gilarsi W.Setijono mengatakan terdapat ragam tantangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis kendaraan listrik di Indonesia. Tantangan pertama adalah terkait dengan perlunya dorongan pemerintah.

Menurutnya, subsidi bahan bakar solar untuk kendaraan komersial memang cukup signifikan dan dianggap sebagai hal yang normal di Indonesia. "Namun, kendaraan listrik tidak mendapatkan insentif serupa yang membuatnya menjadi tantangan tersendiri," ujarnya dalam public expose pada beberapa waktu lalu.

Padahal, menurutnya kendaraan listrik menawarkan keunggulan dalam hal efisiensi biaya dan ekonomi yang jauh lebih baik, selain manfaat dari segi kesehatan dan kenyamanan. 

Tantantangan lainnya dari sisi teknis, yakni keterbatasan infrastruktur, khususnya charging station. Menurutnya, masyarakat masih enggan mengadopsi kendaraan listrik karena keterbatasan fasilitas tersebut. 

Meski begitu, terdapat sejumlah peluang pengembangan bisnis kendaraan listrik di Indonesia. Pasar kendaraan listrik misalnya semakin menggeliat. Perusahaan riset Rho Motion mencatat penjualan kendaraan listrik, baik full maupun plug-in hybrid diperkirakan naik setidaknya 17% pada tahun ini menjadi lebih dari 20 juta unit.

Di Indonesia, pemerintah pun mendorong industri kendaraan listrik salah satunya melalui guyuran insentif. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah resmi menerbitkan aturan diskon pajak penjualan atas barang mewah alias PPnBM hingga 100% untuk mobil listrik sepanjang 2025. 

Untuk motor listrik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tengah menggodok kebutuhan anggaran untuk meneruskan program insentif konversi motor listrik tahun ini.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sejumlah insentif memang diharapkan mampu mendorong performa penjualan sejumlah emiten yang bergerak di bisnis kendaraan listrik. 

"Ini bisa menopang kinerja penjualan. Kalau tidak ada insentif sulit, karena infrastruktur dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik belum optimal," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu. 

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer juga menilai insentif kendaraan listrik mampu memberikan tenaga bagi para emiten yang telah bergerak di sektor tersebut. "Tren elektrifikasi dan inisiatif ESG [environment, social, governance] memberikan peluang bagi emiten yang beradaptasi dengan baik, terutama di pasar kendaraan listrik," ujar Miftah.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper