Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jual Nikel 2 Juta Ton, NICL Raup Laba Rp318 Miliar

PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan nikel.
PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan nikel.
PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan nikel.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan nikel terafiliasi konglomerat Christopher Sumasto Tjia, PT PAM Mineral Tbk. (NICL) mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2024 seiring dengan peningkatan volume penjualan.

Ruddy Tjanaka, Direktur Utama NICL, menyampaikan di tengah penurunan permintaan nikel di Indonesia, pada 2024 perseroan meningkatkan volume penjualan menjadi 2,30 juta ton dari tahun sebelumnya 1,84 juta ton.

“Kendati kondisi industri nasional yang kurang menguntungkan dimana harga acuan nikel domestik sejak semester II/2024 mengalami penurunan 9,19%, perseroan tetap optimis dan mampu mengatasi tantangan tersebut,” paparnya dalam siaran pers, Rabu (26/3/2024).

Pada 2024, NICL telah mendapatkan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026 dengan total volume penjualan 7 juta WMT. Perseroan berhasil menggenjot produksi dan meningkatkan volume penjualan sesuai dengan kapasitas RKAB, dan melakukan efisiensi biaya produksi.

NICL mencatatkan pendapatan Rp1,44 triliun pada 2024, naik 26,37% dibandingkan dengan Rp1,14 triliun pada 2023. Perseroan juga berhasil melakukan efisiensi biaya produksi sehingga mengakibatkan laba kotor meningkat tajam 278,50% menjadi Rp517,26 miliar dari sebelumnya Rp136,66 miliar.

Marjin laba kotor pada 2024 sebesar 35,86%, tumbuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 11,97%. Laba usaha juga melonjak menjadi Rp414,10 miliar dari sebelumnya Rp45,16 miliar.

Menurut Ruddy, selain disebabkan oleh naiknya volume penjualan, pertumbuhan laba juga didorong adanya efisiensi pada beban umum dan administrasi. Laba bersih NICL melonjak 1.081% menuju Rp318,04 miliar pada 2024 dari Rp26,92 miliar pada 2023.

NICL memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) tambang nikel di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 hektare (Ha) melalui Perseroan, dan seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui entitas anak, yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM).

Pada 2024, Grup NICL terus melaksanakan ekplorasi berkelanjutan serta menjaga prinsip konservasi cadangan mineral melalui optimasi pemanfaatan bijih nikel yaitu memanfaatkan sumber daya mineral dan melakukan diversifikasi produk.

Diversifikasi produk dilakukan dengan pembagian berdasarkan persentasi kadar nikel yang terkandung dalam bijih menjadi bijih kadar rendah, bijih kadar menengah dan bijih kadar tinggi (low grade, middle grade, dan high grade). Perseroan melakukan pemanfaatan bijih kadar rendah (low grade) dengan melakukan optimalisasi cut off grade sehingga bijih kadar rendah yang sebelumnya dianggap waste dapat diolah dan dipasarkan.

Saat ini, sumber daya daerah IUP perseroan adalah sebesar 12,771 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,20%. Adapun, sumber daya daerah IUP IBM adalah sebesar 74,497 Juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,10%.

Dari sisi neraca, NICL mencatatkan total aset pada 2024 sebesar Rp1,05 triliun atau tumbuh sekitar 22,56% dibandingkan dengan Rp856,83 miliar pada 2023. Di sisi lain, rasio hutang terhadap ekuitas pada 2024 tercatat 19,58%, yang menggambarkan kondisi balance sheet sehat. Perseroan juga tidak memiliki utang bank.

Sementara itu, total ekuitas perseroan mengalami peningkatan dari Rp745,47 miliar menjadi Rp878,18 miliar pada 2024. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba yang sangat signifikan.

“Kami cukup optimis atas pencapaian perseroan di tahun 2024, karena berhasil meningkatkan kinerja operasional dan kinerja keuangan tanpa adanya beban utang bank,” tutur Ruddy Tjanaka.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper