Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nikel Turun, Laba PAM Mineral (NICL) Justru Naik Semester I/2024

Emiten nikel PT Pam Mineral Tbk. (NICL) berhasil membukukan kenaikan laba meski penjualan tercatat turun sepanjang semester I/2024.
Emiten nikel PT Pam Mineral Tbk. (NICL) berhasil membukukan kenaikan laba meski penjualan tercatat turun sepanjang semester I/2024. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Emiten nikel PT Pam Mineral Tbk. (NICL) berhasil membukukan kenaikan laba meski penjualan tercatat turun sepanjang semester I/2024. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten nikel PT Pam Mineral Tbk. (NICL) berhasil membukukan kenaikan laba bersih meski penjualan tercatat turun sepanjang semester I/2024.

Mengutip laporan keuangan per 30 Juni 2024,  NICL membukukan penjualan sebesar Rp419,19 miliar sepanjang semester I/2024. Penjualan ini turun 11,94% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp476,08 miliar.

Mayoritas penjualan NICL berasal dari pihak ketiga yang tercatat sebesar Rp416,96 miliar sisanya adalah penjualan lain-lain sebanyak Rp2,23 miliar.

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengungkapkan meski penjualan turun, NICL mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar 4,2% dari 679.066 metrik ton menjadi 707.597 metrik ton.

Ruddy menjelaskan penurunan penjualan juga disebabkan oleh harga rata-rata nikel pada semester I/2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan harga rata-rata nikel pada semester I/2023 lalu.

Seiring dengan tergerusnya penjualan, beban pokok juga ikut turun sebesar 18,75% menjadi sebesar Rp276,33 miliar dari sebelumnya sebesar Rp340,11 miliar.

“Perseroan berhasil melakukan efisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya yang ada di tengah kondisi operasional yang cukup menantang yakni adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi,” kata Ruddy dalam keterangan resmi, Jumat (26/7/2024).

Alhasil laba kotor mengalami peningkatan dari sebelumnya sebesar Rp135,97 miliar menjadi sebesar Rp142,85 miliar.

Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp73,47 miliar. Laba tersebut naik 13,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp64,49 miliar.

Kemudian NICL juga membukukan total liabilitas sebesar Rp136,87 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode akhir 2023 yang tercatat sebesar Rp111,36 miliar. 

Adapun NICL membukukan total aset sebesar 7,22% dari Rp856,8 miliar menjadi sebesar Rp918,7 miliar serta ekuitas sebesar Rp781,8 miliar.

Target Produksi NICL

Ruddy menjelaskan pihaknya menargetkan produksi nikel sebesar 2,6 juta metrik ton sepanjang 2024. Target tersebut meningkat 41% dibandingkan dengan realisasi produksi 2023 yang tercatat sebesar 1,84 juta metrik ton.

Target produksi tersebut juga untuk bijih nikel kadar Ni 1.30%-1.50%. Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya permintaan market yang semakin meningkat karena semakin banyak smelter yang beroperasi.

Adapun saat ini, NICL telah mendapatkan persetujuan RKAB periode 2024-2026 dengan total volume penjualan yang telah disetujui sebesar 7,8 wet metrik ton.

Ruddy mengatakan untuk mendukung kinerja operasional dan terpenuhinya target, saat ini daya dukung infrastruktur tambang yang telah dimiliki baik berupa angkutan jalan tambang dan juga pelabuhan dalam tahap peningkatan dan pengembangan untuk beroperasi secara maksimal.

Lebih lanjut, Ruddy menjelaskan NICL akan fokus pada rencana peningkatan cadangan nikel. Untuk merealisasikan rencana peningkatan cadangan, NICL berupaya secara konsisten melakukan kegiatan eksplorasi yang berkelanjutan melalui konservasi cadangan dan optimalisasi cadangan marginal. 

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper