Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencatat laba bersih sebesar US$160,49 juta atau sekitar Rp2,67 triliun (asumsi kurs Rp16.666 per dolar AS).
Torehan laba bersih itu susut 1,89% dari posisi laba sepanjang 2023 sebesar US$163,59 juta atau sekitar Rp2,72 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir Desember 2024, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$407,12 juta, naik 0,20% dibandingkan dengan posisi pendapatan periode 2023 sebesar US$406,28 juta.
Pendapatan sepanjang tahun lalu itu berasal dari penjualan uap dan listrik sebesar US$390,53 juta.
Pendapatan itu berasal dari transaksi dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) senilai US$240,51 juta dan PT PLN Indonesia Power sebesar US$150,01 juta.
Sisanya, pendapatan lain PGEO berasal dari production allowances-pihak ketiga sebesar US$16,58 juta.
Baca Juga
Di sisi lain, beban pokok pendapatan dan beban langsung PGEO sepanjang 2024 mencapai US$164,88 juta, naik 4,13% dari posisi beban pada 2023 sebesar US$158,35 juta.
Sebagian besar beban ini berasal dari pos beban penyusutan dengan nilai mencapai US$113,33 juta, diikuti dengan beban upah dan tunjangan sebesar US$25,08 juta.
Setelah dikurangi beban, PGEO membukukan laba bruto sebesar US$242,23 juta, susut dari posisi laba bruto tahun 2023 sebesar US$247,93 juta.
Sementara itu, PGEO mencatatkan total liabilitas sebesar US$988,65 juta, berasal dari liabilitas jangka pendek sebesar US$227,29 juta dan liabilitas jangka panjang sebesar US$761,35 juta.
Adapun, total ekuitas PGEO sampai akhir Desember 2024 sebesar US$2 miliar, bergerak naik dari posisi ekuitas tahun 2023 sebesar US$1,97 miliar.
Selain itu, total aset PGEO sampai akhir 2024 mencapai US$2,99 miliar, berasal dari aset lancar mencapai US$828,55 juta dan aset tidak lancar sebesar US$2,16 miliar.