Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berkinerja lesu pada awal 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis kinerja pasar saham Indonesia bergeliat jelang momen Lebaran.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah sebesar 1,94% atau 123,49 poin menuju posisi 6.258,17 pada perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2025). IHSG pun jeblok, turun 11,61% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
IHSG juga sempat terjun hingga amblas 7% pada perdagangan intraday Selasa (18/3/2025) dan membuat BEI melakukan trading halt.
Dana asing pun lari dari pasar saham Indonesia. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp499,34 miliar di pasar saham pada perdagangan kemarin, Kamis (20/3/2025). Alhasil, net sell asing di pasar saham Indonesia sepanjang 2025 menjadi lebih dalam, yakni Rp30,82 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Inarno Djajadi menjelaskan seiring dengan kinerja jeblok pasar saham, OJK terus berupaya menjaga kondisi pasar agar tetap stabil, transparan, dan berintegritas.
Adapun, OJK optimistis kinerja pasar saham Indonesia akan kembali bergeliat, terutama menjelang momen-momen seperti Lebaran. "Insyaallah, doa bersama," kata Inarno setelah acara Capital Market Forum 2025 pada Jumat (21/3/2025) di Gedung BEI.
Baca Juga
Dalam mendongkrak kinerja pasar saham, OJK sendiri sebelumnya telah mengeluarkan sejumlah kebijakan. OJK misalnya menerapkan kebijakan pembelian kembali saham atau buyback saham tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).
Inarno mengatakan kebijakan ini dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa perdagangan saham di BEI sejak 19 September 2024 mengalami tekanan. Hal itu diindikasikan dari penurunan IHSG per 18 Maret 2025 sebesar 1.682 poin atau minus 21,28% dari highest to date.
"Berkenaan dengan kondisi tersebut di atas, maka OJK menetapkan status kondisi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g POJK Nomor 13 Tahun 2023 [POJK 13/2013] sebagai kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan,” kata Inarno terpisah.
Inarno mengatakan kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan di pasar saham dan bisa mengurangi tekanan.
Direktur Utama Sinarmas Sekuritas, Rudy Utomo mengatakan meskipun pasar saham Indonesia menghadapi tekanan, namun fundamental masih kuat. Terlihat, meskipun dana asing lari dari pasar saham, akan tetapi, di perdagangan surat utang tercatat capital inflow.
"Jadi pasar modal Indonesia baik-baik saja. Yang terpenting komunikasi antara seluruh stakeholder yang ada. Kemudian, membangun basic domestic investor terkait institutional investor dan ritel," ujar Rudy.
CEO STAR Asset Management, Hanif Mantiq menjelaskan memang terjadi penurunan IHSG sejak akhir tahun lalu, dan kondisinya berlanjut sampai sekarang. "Ada capital outflow di pasar saham," ujar Hanif.
Faktor pendorongnya di antaranya penilaian negatif dari sejumlah institusi investasi global. Morgan Stanley misalnya telah memangkas peringkat saham Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia dari equal weight menjadi underweight dalam riset terbarunya.
Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.
Goldman Sachs juga menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Goldman Sachs menilai pasar Indonesia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir didorong oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor adalah kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global dan melemahnya ekonomi domestik yang telah membuat investor lari dari pasar.
Namun, menurutnya, kondisi tersebut merupakan sentimen sesaat. Sementara, secara fundamental masih kuat.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.