Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Bank BBCA, BMRI Cs Jadi Sasaran Jual Asing, Tebaran Dividen Tak Menarik?

Saham bank jumbo seperti BBCA hingga BMRI menjadi sasaran jual oleh investor asing saat THR dividen jumbo bakal ditebar ke para pemegang saham.
Pekerja beraktivitas di dekat logo Bank BCA di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja beraktivitas di dekat logo Bank BCA di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV seperti BBCA hingga BMRI masih menjadi sasaran jual oleh investor asing. Padahal, deretan emiten bank jumbo akan menebar THR dividen kepada pemegang sahamnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp910,65 miliar pada perdagangan Rabu (19/3/2025). Alhasil, net sell asing di pasar saham Indonesia sepanjang 2025 menjadi lebih dalam, yakni Rp30,32 triliun.

Seiring dengan larinya dana asing dari pasar saham Indonesia pada awal 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) pun lesu. IHSG memang menguat 1,42% menuju posisi 6.311,67 pada perdagangan Rabu lalu. Namun, IHSG masih merosot 10,85% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

IHSG juga sempat terjun hingga amblas 7% pada perdagangan intraday sehari sebelumnya dan membuat BEI melakukan trading halt.

Adapun, sejumlah saham tercatat banyak dijual asing pada awal 2025, terutama bank jumbo. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) bahkan mencatatkan net sell asing sebesar Rp9,84 triliun ytd atau sejak perdagangan perdana 2025.

Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp6,62 triliun ytd.

Lalu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,35 triliun ytd. Selain itu, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing Rp1,74 triliun ytd.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai net sell asing yang besar di saham-saham bank jumbo, terutama BBCA, jelas menunjukkan bahwa ada sentimen negatif yang kuat di pasar. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong sentimen negatif di saham bank jumbo.

"Keidakpastian kebijakan domestik mulai dari kebijakan fiskal yang defisit, kemudian dari adanya Danantara, serta pos belanja APBN yang berbeda dari sebelumnya masih perlu dinilai oleh market seberapa besar dampaknya ke ekonomi Indonesia," ujar Felix kepada Bisnis pada Kamis (20/3/2025).

Investor asing biasanya mengutamakan transparansi dan kepastian aturan, jadi apabila ada kebijakan yang dianggap bisa mengganggu stabilitas perbankan tanpa mitigasi yang jelas, mereka cenderung memilih keluar terlebih dahulu.

Kemudian, terdapat kekhawatiran The Fed yang masih mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari ekspektasi awal. Kondisi tersebut membuat yield obligasi AS tetap menarik. Alhasil, investor asing lebih memilih menarik dananya dari pasar negara berkembang seperti Indonesia dan masuk ke aset safe haven.

"Bank jumbo, yang jadi andalan indeks, ikut terkena dampaknya karena investor asing memang punya kepemilikan besar di sektor ini," jelas Felix.

Terdapat pula strategi rotasi portofolio asing. "Investor keluar dari saham-saham yang sudah naik tinggi atau valuasinya sudah premium, seperti BBCA," ujar Felix.

Meskipun saat ini deretan bank jumbo mengagendakan tebaran dividen, menurutnya arus keluar dana asing masih akan berlanjut dalam jangka pendek.

"Dividen memang menarik, tapi beberapa investor bisa saja memilih keluar sekarang dan masuk kembali saat harga lebih rendah untuk mengoptimalkan imbal hasil mereka," tutur Felix.

BBCA sendiri telah memutuskan tebaran dividen senilai Rp300 per saham untuk tahun buku 2024. Adapun, jadwal cum dividend BBCA di pasar reguler dan pasar negosiasi adalah 20 Maret 2025. Kemudian, jadwal cum dividend di pasar tunai pada 24 Maret 2025.

Sementara, BMRI, BBRI, dan BBNI menjadwalkan agenda rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada pekan depan, di mana salah satu mata acaranya terkait tebaran dividen.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper