Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan PGN (PGAS) Ingin Divestasi Bisnis Hulu Migas ke Pertamina Hulu Energi

Direktur Utama PGN (PGAS) mengatakan divestasi bisnis hulu migas ke Pertamina Hulu Energi bertujuan untuk mempertajam fokus bisnis perseroan di sisi hilir.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN (PGAS) tengah berupaya untuk melepas atau divestasi bisnis hulu minyak dan gas (migas) mereka ke PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Direktur Utama PGAS Arief Setiawan Handoko mengatakan manuver itu belakangan diambil untuk mempertajam fokus bisnis perseroan di sisi midstream hingga hilir migas.

“Kalau lihat buku putih-nya, yang namanya PGN kan main di midstream, downstream ya, enggak upstream, cocoknya yang punya upstream dikasih ke upstream dong,” kata Arief saat ditemui di DPR, Rabu (12/3/2025).

Arief mengatakan perseroannya bersama dengan PHE masih berdiskusi terkait dengan kemungkinan divestasi bisnis hulu migas ini.

Arief menuturkan, perseroannya sempat menawarkan portofolio bisnis hulu migas tersebut namun belum diterima PHE.

“Karena PHE dulu kan sudah pernah menolak ya, karena tidak sesuai dengan kriteria,” kata Arief.

Kendati demikian, Arief menambahkan, perseroannya saat ini tetap mengelola aset hulu migas PGAS.

Lewat PGN Saka Energi, PGAS saat ini mengelola 11 blok migas, dengan 6 blok operasi dan 5 blok lainnya dalam tahap eksplorasi.

Salah satu di antaranya adalah blok shale gas di Amerika Serikat yakni blok Fasken, dengan hak partisipasi 36%.

Adapun, PGN Saka memegang 100 hak partisipasi untuk blok Ujung Pangkah, Blok Sesulu Selatan, Blok Muriah, Blok Pekawai, Blok Yamdena Barat hingga Blok Sangkar.

Sementara itu, PGN Saka memegang hak partisipasi minor untuk Blok Bangkanai, Blok Ketapang, Blok Bangkanai Barat hingga Blok Muara Bakau.

Belakangan, PGAS turut berencana menjual blok gas Muriah, Lapangan Kepodang kepada calon pembeli yang belakangan menaruh minat.

Awalnya, PGAS berencana untuk mengembalikan blok gas itu ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lantaran kontrak pengelolaan blok Muriah bakal berakhir Desember 2026.

“Perkembangan terkini ada beberapa pihak yang tahu kami akan mengembalikan [ke pemerintah], mereka akan akuisisi atau membeli ini,” kata Arief.

Menurut dia, penjualan kepada calon pembeli blok itu bakal menjadi peluang menarik untuk perseroan. Dia beralasan dana hasil divestasi itu bisa digunakan untuk menutup sunk cost dari pengembangan blok.

Sampai akhir September 2024, PGAS mencatatkan nilai buku bersih untuk properti migas di angka US$870,12 juta, atau berkurang US$108,52 juta dibandingkan dengan posisi nilai buku bersih periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$946,68 juta.

Adapun, beban penyusutan, deplesi dan amortisasi dari portofolio hulu migas PGAS mencapai US$162,91 juta sepanjang periode 9 bulanan 2024.

Di sisi lain, pendapatan PGAS dari penjualan migas mencapai US$267,13 juta, berasal dari transaksi dengan pihak berelasi sebesar US$54,67 juta dan pihak ketiga sebesar US$212,46 juta.

Seperti diketahui, PGAS mencatat laba bersih US$263,38 juta sepanjang Januari-September 2024. Torehan laba bersih itu naik 32,69% dari posisi yang sama tahun sebelumnya di level US$198,49 juta.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, PGN membukukan pendapatan sebesar US$2,81 miliar atau naik 4,67% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di level US$2,69 miliar.

Pendapatan itu berasal dari transaksi dengan pihak berelasi dan pihak ketiga dengan kontribusi masing-masing sebesar US$913,97 juta dan US$1,9 miliar.

Sebagian besar pendapatan berasal dari niaga gas bumi kepada pihak ketiga dengan nilai US$1,38 miliar.

Pendapatan niaga gas bumi ini mayoritas berasal dari pelanggan industri dan komersial dengan nilai mencapai US$1,85 miliar. Adapun, segmen pelanggan rumah tangga dan SPBG masing-masing mencatatkan nilai US$17 juta dan US$2,33 juta.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan PGAS selama periode 9 bulan 2024 tercatat sebesar US$2,22 miliar, naik 2,8% dari posisi tahun sebelumnya.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper