Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten portofolio Garibaldi 'Boy' Thohir tercatat telah mengeluarkan laporan keuangan untuk tahun buku 2024. Lalu, saham mana yang menarik untuk diperhatikan?
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah Budiman menjelaskan hal yang perlu diperhatikan dari saham-saham yang dimiliki oleh Boy Thohir adalah mengenai ekspektasi dari pembayaran dividen.
"Untuk dua emiten yang berada pada industri komoditas seperti ADRO dan AADI, para pelaku pasar akan menghitung berapa potensi dividen yang akan dibayarkan tahun ini dan tahun depan, dengan memperhatikan dividend yield terkait saham-saham tersebut," kata Fath, Senin (10/3/2025).
Dengan demikian, penurunan harga saham komoditas seperyi ADRO dan AADI saat ini menurut Fath akan memberikan alternatif investasi untuk investor yang memiliki tipe sebagai dividend hunter.
Sebagai informasi, AADI mencetak penurunan pendapatan, tetapi dengan laba bersih yang meningkat sepanjang 2024. AADI membukukan penurunan pendapatan 10,07% menjadi US$5,31 miliar, dari sebelumnya sebesar US$5,91 miliar pada 2023.
Laba bersih AADI naik 5,86% menjadi US$1,21 miliar pada 2024, dari sebelumnya sebesar US$1,14 miliar pada 2023.
Baca Juga
Di sisi lain, ADRO menjadi perusahaan portofolio Boy Thohir dengan penurunan laba bersih terdalam. ADRO membukukan penurunan laba bersih 15,93% menjadi US$1,38 miliar, dari sebelumnya sebesar US$1,64 miliar pada 2023.
Pendapatan ADRO juga tercatat turun 2,66% menjadi US$2,07 miliar pada 2024, dari sebelumnya sebesar US$2,13 miliar pada 2023.
Fath melanjutkan, di satu sisi untuk emiten multifinance milik Boy Thohir, BFIN memiliki kecenderungan yang hampir sama dengan AADI dan ADRO.
"Namun, pasar juga akan memperhatikan daya beli masyarakat dan kecenderungan pergerakan suku bunga acuan yang akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan," ucapnya.
Adapun BFIN mencatatkan penurunan pendapatan 0,28% menjadi Rp6,33 triliun pada 2024, dari sebelumnya sebesar Rp6,35 triliun pada 2023.
Laba bersih BFIN turun 4,81% menjadi Rp1,56 triliun pada 2024, dari sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun pada 2023.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.