Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Investor Kakap BlackRock Cs di Saham Astra (ASII) Jelang Guyuran Dividen

Deretan investor kakap seperti BlackRock hingga HSBC Holdings bermanuver menambah muatan saham Astra (ASII) jelang momen taburan dividen tahun buku 2024.
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat
Aerial foto gedung Menara Astra yang ada di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Astra International Tbk. (ASII) bakal menebar dividen untuk tahun buku 2024 dengan usulan Rp308 per saham. Seiring dengan momen tebaran dividen tersebut, investor asing pun bergeliat mempertebal kepemilikan.

Berdasarkan data Bloomberg, saham ASII banyak diburu asing pada awal tahun ini. Tercatat, nilai beli bersih atau net buy asing saham ASII dalam sepekan terakhir mencapai Rp152 miliar.

Adapun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 sampai 6 Maret 2025, saham ASII mencatatkan net buy asing sebesar Rp338 miliar.

Sejumlah investor asing seperti BlackRock pun bergeliat mempertebal kepemilikannya di saham ASII. BlackRock misalnya menambah 11,18 juta lembar ASII dalam dua bulan awal 2025. Kini, kepemilikan BlackRock di ASII mencapai 993,97 juta lembar.

Credit Agricole juga menambah 5,68 juta lembar saham ASII sepanjang 2025 berjalan. Kini, kepemilikan saham Credit Agricole di ASII mencapai 78,66 juta lembar.

HSBC Holdings pun turut menambah kepemilikan saham ASII sebanyak 8,04 juta lembar sejak perdagangan perdana 2025 hingga 6 Maret 2025. Kepemilikan saham HSBC Holdings di ASII kini mencapai 40,5 juta lembar.

Seiring dengan geliat net buy asing di ASII, harga saham ASII pun menghijau. Pada perdagangan hari ini, Jumat (7/3/2025), harga saham ASII naik 0,61% ditutup di level Rp4.930 per lembar. Harga saham ASII pun menguat 8,83% dalam sepekan dan menguat 6,02% dalam sebulan.

Adapun, pembelian saham oleh investor asing di ASII bergeliat jelang momen tebaran dividen tahun buku 2024. ASII telah membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp34,05 triliun sepanjang 2024. Laba bersih ASII tumbuh tipis 0,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp34,05 triliun, dibandingkan 2023 sebesar Rp33,83 triliun. 

Dengan raupan laba bersih itu, Astra pun kemudian akan mengusulkan dividen final tahun buku 2024 sebesar Rp308 per saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Mei 2025. Dividen final yang akan diusulkan tersebut, ditambah dengan dividen interim sebesar Rp98 per saham.

Dengan begitu total dividen yang diusulkan untuk tahun buku 2024 menjadi Rp406 per saham. Total tebaran dividen per saham Astra tahun buku 2024 itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya atau tahun buku 2023, Rp519 per saham.

Sementara rasio tebaran dividen Astra mencapai 48%. Rasio pembayaran dividen ini dinilai mencerminkan kembalinya persentase rasio pembayaran dividen ke tingkat yang konsisten dengan rasio sebelum distribusi dividen yang lebih tinggi pada 2022 dan 2023. 

Research Analyst MNC Sekuritas M. Rudy Setiawan menilai ASII memang menghadapi tantangan kinerja bisnis otomotif yang lesu pada 2024. Namun, ASII bisa menjaga pendapatan stabil didorong oleh diversifikasi bisnis.

Sementara itu, dividen final yang akan ditawarkan ASII untuk tahun buku 2024 sebenarnya mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, MNC Sekuritas menilai saham ASII masih prospektif. 

"Posisi keuangannya yang stabil dan positioning merek yang kuat seharusnya dapat mendorong pertumbuhan," kata Rudy dalam risetnya pada Kamis (6/3/2025).

MNC Sekuritas mempertahankan peringkat beli untuk ASII dengan target harga Rp5.500 per lembar.

Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto dan Farrell Nathanael menilai saham ASII masih prospektif didukung oleh valuasi yang masih tidak terlalu tinggi, langkah diversifikasi, serta neraca yang kuat.

"Kami tetap optimis dengan prospek ASII, yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang solid di tengah kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan stimulus fiskal," tulis Budi dan Farrell dalam risetnya.

OCBC Sekuritas pun merekomendasikan beli untuk ASII dengan target harga Rp5.800 per lembar.

Namun, Analis Sucor Sekuritas Christofer Kojongian menilai ASII akan menghadapi tantangan ke depan, di mana segmen otomotif diperkirakan akan tetap tertekan pada 2025. Sebab, daya beli yang melemah dan harga komoditas yang lebih rendah.

Dalam jangka panjang, persaingan yang semakin ketat dari pemain mobil listrik China pun kemungkinan akan memberi tekanan bagi ASII.

"Kami perkirakan pertumbuhan laba ASII akan tetap rendah pada 2025 dan 2026," tulis Christofer dalam risetnya.

Sucor Sekuritas pun menyematkan rekomendasi hold dengan target harga Rp5.100 per lembar.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukan bahwa sebanyak 26 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk ASII. Kemudian, enam sekuritas merekomendasikan holdl untuk ASII. Target harga saham ASII sendiri berada di level Rp5.888 per lembar dalam 12 bulan ke depan.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper