Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rapor Laba Bersih Emiten Boy Thohir ADRO, AADI, ADMR pada 2024, Siapa Jawara?

Presdir dan CEO Alamtri Resources Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan ADRO terus mempertahankan fokus pada keunggulan operasional dan pengendalian biaya.
Annisa Kurniasari Saumi, Ana Noviani
Rabu, 5 Maret 2025 | 15:00
Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) Garibaldi Thohir berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa 25/6/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) Garibaldi Thohir berpose di sela-sela wawancara dengan redaksi Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa 25/6/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Tiga emiten yang terafiliasi dengan Garibaldi 'Boy' Thohir membukukan kinerja profitabilitas yang bervariasi sepanjang 2024. Keuntungan AADI masih tumbuh, sedangkan kocek laba bersih ADRO dan ADMR mengalami penyusutan. 

Berdasarkan laporan keuangan 2024, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) mencetak laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih sebesar US$1,38 triliun. Capaian itu turun 15,93% year-on-year (YoY) dari US$1,64 miliar pada 2023. 

Lebih terperinci, laba bersih ADRO bersumber dari segmen pertambangan dan perdagangan batu bara US$447 juta, jasa pertambangan uS$138 juta, lainnya US$65 juta, dan dikurangi eliminasi US$638 juta. 

Pada saat yang sama, ADRO membukukan laba dari operasi yang dihentikan senilai US$918,64 juta. Pos tersebut terkait dengan aksi spin-off lini bisnis pertambangan batu bara termal PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) pada 2024. 

Merosotnya laba bersih ADRO juga sejalan dengan pendapatan yang tergerus 2,66% secara tahunan pada 2024 dari US$2,13 miliar pada 2023 menjadi US$2,07 miliar. Mayoritas pendapatan ADRO sebelum dikurangi eliminasi bersumber dari pertambangan dan perdagangan batu bara US$1,15 miliar dan jasa pertambangan US$970 juta. 

Segmen batu bara metalurgi ADRO dijalankan melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR). Pada 2024, ADMR tercatat meraih pendapatan usaha sebesar US$1,15 miliar atau naik 6,28% YoY dari US$1,08 miliar pada 2023. 

Pendapatan ADMR didorong oleh penjualan hasil tambang ke pihak berelasi sebesar US$453,68 juta, dan jasa lainnya ke pihak berelasi sebesar US$845.044. Kemudian penjualan hasil tambang ke pihak ketiga sebesar US$699,6 juta. 

Di sisi operasional, ADMR berhasil mencapai target volume penjualan batu bara metalurgi 2024 dengan mencatat penjualan sebesar 5,62 juta ton atau naik 26% dari 2023 karena tingginya permintaan dari pelanggan. 

Adapun, volume produksi batu bara metalurgi 2024 mencapai 6,63 juta ton, atau naik 30% dari 2023 dengan volume pengupasan lapisan penutup pada 2024 naik 26% YoY menjadi 23,55 juta bcm. 

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Alamtri Resources Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan perseroan terus mempertahankan fokus pada keunggulan operasional dan pengendalian biaya di tengah kondisi makro yang dinamis.

Menurutnya, margin EBITDA operasional perseroan mencerminkan disiplin biaya dalam seluruh aspek operasi. Pada 2024, ADRO membukukan EBITDA operasional sebesar US$982 juta dan margin EBITDA operasional sebesar 47%. 

“Dengan organisasi yang ramping, kami ingin bertumbuh secara berkelanjutan dan menangkap peluang pada ekonomi hijau,” ungkap Boy Thohir dalam keterangan resmi, Rabu (5/3/2025). 

Berbanding terbalik dengan ADRO dan ADMR, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) mencetak kenaikan laba bersih pada 2024. 

AADI membukukan laba bersih sebesar US$1,21 miliar pada 2024 atau meningkat 5,86% dibandingkan dengan torehan sepanjang 2023 sebesar US$1,14 miliar.

Kenaikan laba bersih tersebut dicatat Adaro Andalan di tengah penurunan pendapatan. AADI tercatat membukukan pendapatan sebesar US$5,32 miliar atau setara Rp85,94 triliun, turun 10% dibandingkan dengan 2023 sebesar US$5,91 miliar. 

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer AADI Julius Aslan mengatakan pihaknya senang karena dapat melaporkan satu lagi tahun dengan kinerja yang memuaskan, dengan pencapaian yang lebih tinggi dalam volume pengupasan lapisan penutup, produksi, maupun penjualan. 

"Penurunan EBITDA operasional pada 2024 terutama diakibatkan oleh melemahnya harga batu bara dunia, suatu kondisi yang tidak dapat kami kendalikan karena batu bara adalah komoditas yang bergerak mengikuti siklus. Namun, rekam jejak kami yang solid dalam mengarungi siklus batu bara adalah bukti resiliensi serta keahlian kami di sektor ini,” ujar Julius dalam keterangan resminya, Selasa (4/3/2025).

Meski pendapatan turun, Adaro Andalan atau AADI mencetak rekor produksi dan penjualan sepanjang 2024. Produksi AADI naik 8% secara tahunan menjadi 65,82 juta ton, sementara volume penjualan batu bara AADI naik 7% menjadi 68,06 juta ton pada 2024. Produksi dan penjualan ini melampaui target yang berkisar 61 juta-62 juta ton.

Turunnya average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata batu bara AADI sebesar 17% selama 2024 menjadi penghalang utama kenaikan pendapatan, terlepas dari rekor volume produksi dan penjualan batu bara perusahaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper