Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Wait and See Keputusan Tarif AS, Bursa Asia Datar

Bursa saham Asia bergerak hati-hati pada perdagangan Senin (3/3/2025) karena investor bersikap wait and see seiring bayang-bayang tarif perdagangan AS.
Investor mengamati papan informasi saham di kantor pusat RHB Investment Bank Bhd., Kuala Lumpur, Malaysia pada Selasa (17/2/2020). / Bloomberg-Samsul Said
Investor mengamati papan informasi saham di kantor pusat RHB Investment Bank Bhd., Kuala Lumpur, Malaysia pada Selasa (17/2/2020). / Bloomberg-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Asia bergerak hati-hati pada perdagangan Senin (3/3/2025) karena investor bersikap wait and see seiring bayang-bayang tarif perdagangan AS yang semakin dekat.

Melansir Reuters, Senin (3/3/2025), Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang bergerak datar, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 1,14%, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,29% dan Shanghai Composite menguat 0,38%.

Indeks Nikkei terdorong pelemahan yen yang memberikan angin segar bagi eksportir. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 0,1%, setelah berhasil bangkit di akhir pekan lalu dari tekanan jual yang cukup dalam.

Di ranah geopolitik, ketidakpastian masih membayangi setelah para pemimpin Eropa berupaya menyusun proposal perdamaian untuk Ukraina yang akan diajukan ke AS. Langkah ini dilakukan menyusul pertemuan panas antara Presiden Volodymyr Zelenskiy dan Trump di Gedung Putih.

Sementara itu, sinyal perlambatan ekonomi AS semakin kuat setelah serangkaian data lemah mendorong proyeksi PDB tahunan dari Atlanta Fed GDPNow anjlok ke -1,5% dari sebelumnya +2,3%. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan potensi resesi di Negeri Paman Sam.

Kekhawatiran ini makin diperparah setelah Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengonfirmasi bahwa tarif impor Kanada dan Meksiko akan diberlakukan mulai Selasa. Trump masih memiliki opsi untuk menetapkan tarif sebesar 25%.

Selain itu, tambahan tarif 10% terhadap barang impor China juga dijadwalkan berlaku pekan ini, bertepatan dengan pembukaan Kongres Rakyat Nasional China yang diperkirakan akan mengumumkan paket stimulus atau langkah balasan terhadap kebijakan AS.

Ekonom JPMorgan Michael Feroli mengatakan sulit untuk memastikan apakah kebijakan tarif ini hanya gertakan atau merupakan pergeseran kebijakan yang sesungguhnya.

“Namun, jika hal ini direalisasikan, hal ini akan menciptakan hambatan yang serius terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat meningkatkan tekanan inflasi,” jelasnya.

Laporan Ketenagakerjaan Jadi Faktor Penentu

Perhatian pasar kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS untuk Januari 2025 yang akan dirilis Jumat pekan ini. Jika data menunjukkan pelemahan, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bisa semakin menguat.

Kontrak berjangka The Fed kini memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 69 basis poin pada Desember, naik dari 46 basis poin yang diproyeksikan pekan lalu. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun menjadi 4,220%, mencatat penurunan bulanan terbesar sejak akhir 2023.

Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara mengenai prospek ekonomi pada Jumat, beberapa jam setelah laporan ketenagakerjaan dirilis. Setidaknya tujuh pejabat Fed lainnya juga dijadwalkan memberikan pandangan mereka pekan ini.

Di Eropa, Bank Sentral Eropa diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,50% pada Kamis menyusul data ekonomi yang terus melemah, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut di bawah 2% pada akhir tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper