Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Kebijakan Tarif Donald Trump, Bitcoin Jatuh dari Puncak Tertinggi

Harga Bitcoin jatuh dari level tertingginya di tengah kekhawatiran bahwa pendekatan keras Trump terhadap perdagangan global dapat memberikan dampak negatif.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) sempat memberikan angin segar bagi pergerakan harga Bitcoin. Bitcoin mencapai puncak tertinggi sepanjang masa, yakni US$109.241 pada 20 Januari 2025, hari pelantikan Trump. 

Namun, cryptocurrency baru-baru ini berada di bawah tekanan di tengah kekhawatiran bahwa pendekatan keras Trump terhadap perdagangan global dapat memberikan dampak tidak baik.

Dikutip dari Boomberg, Bitcoin mengalami kontraksi hingga 7,2% ke US$78.226 pada Jumat (28/2/2025). Kontraksi itu membawa penurunan dari puncak tertinggi sepanjang masa yang tercapai kurang dari enam minggu lalu saat melesat 28%.

Sejalan dengan tren itu, Bitcoin terus mengalami kerugian dan akhirnya mulai dilepas investor untuk diperdagangkan. Tercatat Bitcoin turun sekitar 18% pada Februari, penurunan bulanan terbesar sejak Juni 2022.

Trump mengatakan pada Kamis (27/2/2025), bahwa tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko akan diberlakukan mulai 4 Maret 2025. Orang nomor satu AS itu juga mengatakan impor dari Cina akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10%. Kebijakan dagang Trump ini memicu hampir semua pasar saham Asia dan Eropa turun, tidak terkecuali cryptocurrency yang termasuk paling terpukul.

Zaheer Ebtikar, salah satu pendiri dana crypto Split Capital, mengatakan beberapa pemain besar bahkan sudah mengangkat bendera putih dengan kondisi tersebut.

"Beberapa pemain besar hanya mengatakan pada akhirnya, 'Anda tahu, saya akan menyerah saja. Saya rasa itulah yang kita lihat minggu lalu. Ada banyak penjualan lebih dari biasanya, jadi sulit untuk menunjukkan satu bursa atau tempat tertentu," kata Zaheer.

Bahkan, Mark Cudmore, Editor Eksekutif MLIV menganalisa Bitcoin masih punya potensi untuk terkontraksi hingga 70% di manasa yang akan datang.

"Bitcoin selalu memiliki potensi untuk terjun 70%+ di masa depan, secara konstruksi. US$72.000-US$74.000 sepertinya akan menjadi zona tekanan teknikal yang mungkin memicu musim dingin crypto berikutnya," kata Mark Cudmore.

Sementara itu, Kepala Pasar di platform Crypto YouHodler, Ruslan Lienkha menjelaskan saat ini para investor dipaksa untuk mempertimbangkan sejauh mana cryptocurrency terbesar di dunia ini bisa jatuh. Menurutnya, level support Bitcoin akan ada di sekitar US$70.000.

Namun, ia mengatakan para investor tidak seharusnya mengasumsikan keruntuhan Bitcoin akan mencapai tingkat yang sangat buruk.

"Kita hanya akan melihat level ini jika sentimen negatif mendominasi pasar saham," kata Lienkha.

Sentimen bearish juga telah mempengaruhi ETF Bitcoin spot AS. Para investor telah menarik dana US$3,3 miliar dari ETF Bitcoin spot AS pada Februari, yang siap untuk menjadi eksodus bulanan terbesar sejak mereka diluncurkan.

Hal ini mengindikasikan para investor mencari perlindungan di aset yang lebih aman di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat dan kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper