Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Asing Kabur Rp21,89 Triliun dari Pasar Saham, BEI Jemput Bola ke Luar Negeri

Sebanyak Rp21,89 triliun dana asing keluar dari pasar saham Indonesia dalam dua bulan awal 2025. BEI pun tengah bersiap mengambil langkah yang dirasa perlu.
Sabtu, 1 Maret 2025 | 06:00
Investor mengamati pergerakan harga saham pada salah satu platform di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/1/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mengamati pergerakan harga saham pada salah satu platform di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/1/2025)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak Rp21,89 triliun dana asing keluar dari pasar saham Indonesia dalam dua bulan awal 2025. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun ambil langkah, termasuk berencana melakukan roadshow ke luar negeri.

Berdasarkan data BEI pada perdagangan Jumat (28/2/2025), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp2,91 triliun. Alhasil, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau dalam dua bulan awal 2025 net sell asing mencapai Rp21,89 triliun di pasar saham Indonesia. 

Sejumlah saham terpantau banyak dilego asing pada awal tahun ini. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp7,28 triliun ytd.

Lalu, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp4,2 triliun ytd. Kemudian, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,6 triliun ytd. 

Selain saham bank jumbo, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) juga ditinggalkan oleh investor asing dengan net sell cukup tinggi yakni Rp1,29 triliun ytd.

Seiring dengan larinya dana asing, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun runtuh. IHSG ditutup anjlok 3,31% menjadi 6.270 pada hari ini, Jumat (28/2/2025). 

Adapun, level IHSG kali ini merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir, sejak 2021. IHSG pun jeblok 11,43% sepanjang tahun berjalan atau sejak perdagangan perdana 2025.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan Bursa melakukan berbagai upaya untuk meredam larinya dana asing atau outflow asing di lantai bursa. Salah satu langkah adalah rutin melakukan roadshow ke beberapa negara yang menjadi sumber investor asing.  

"Kami secara rutin melakukan roadshow ke beberapa negara yang jadi sumber investor asing kami, untuk memberikan informasi yang tepat, yang benar terkait kondisi pasar kita, agar mereka bisa kembali investasi di Indonesia," kata Jeffrey pada Jumat (28/2/2025) di Gedung BEI.

Selain itu, Bursa melakukan pendalaman dari sisi investor dengan terus mendorong pertumbuhan investor domestik.

"Agar basis investor domestik lebih kuat. Agar pasar lebih stabil saat kondisi dana asing keluar atau masuk," tutur Jeffrey. 

Menurutnya, dengan basis investor domestik yang kuat, pasar lebih stabil dan lebih kuat dalam menghadapi keluarnya dana asing.

"Bila investor domestik basisnya lebih kuat lagi, dana asing sedikit gejolaknya. Pasar juga jadi lebih agile, lebih sustain hadapi gejolak di keadaan global," ujar Jeffrey. 

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai untuk mencegah capital outflow bukan hal mudah, mengingat mayoritas saham berkapitalisasi besar dimiliki oleh investor asing yang perlu mengalihkan likuiditas ke negara dengan prospek lebih baik.

Oleh karena itu, dalam roadshow, Aria menyatakan komunikasi harus dilakukan penuh percaya diri untuk meyakinkan bahwa Indonesia memiliki prospek menjanjikan. Musababnya, persepsi sangat memengaruhi keputusan investasi.

“Semoga langkah BEI ini cukup efektif. Selain itu, ada beberapa langkah lain yang dapat dilakukan, seperti menganjurkan emiten untuk menyiapkan aksi buyback jika diperlukan, memberikan edukasi cepat dan luas kepada masyarakat tentang peluang investasi di emiten berkualitas dengan harga menarik,” pungkasnya.

Dia juga menyatakan langkah-langkah seperti konferensi pers guna mencegah panic selling dari investor domestik yang berorientasi jangka panjang dan solusi lindung nilai juga dapat dilakukan guna meredam tekanan pasar saat ini.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper