Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp16.288 per Dolar AS

Rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.288 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2025).
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.288 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2025). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,30% atau 49 poin ke posisi Rp16.288 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,15% ke posisi 106,410.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menguat 0,18%, dolar Taiwan menguat sebesar 0,06%, dolar Hong Kong menguat 0,03%, dan rupee India menguat 0,34%. 

Sementara itu mata uang lainnya, yen Jepang melemah 0,42%, won Korea melemah 0,02%, baht Thailand melemah 0,11%, peso Filipina melemah 0,02%, yuan China melemah 0,16%, dolar Singapura melemah 0,14%.

Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi bahwa untuk perdagangan hari ini, Jumat (21/2/2025) mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.290-Rp16.340.

Sementara itu, pada perdagangan kemarin, Kamis (20/2/2025) mata uang rupiah ditutup melemah 13 poin ke level Rp16.338, setelah sebelumnya sempat melemah 30 poin pada level Rp16.325.

Ibrahim mengatakan sentimen datang dari Donald Trump yang mengatakan tarif 25% direncanakan untuk mobil, farmasi, dan semikonduktor, yang akan diberlakukan dalam beberapa bulan mendatang. Dia juga menandai potensi tarif 25% untuk semua impor kayu ke AS. 

Menurutnya, pernyataan Trump tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan tarif AS akan mengganggu perdagangan global dan memicu perang dagang baru antara negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Dia mengatakan bahwa Presiden AS itu juga baru-baru ini mengancam akan memberlakukan tarif timbal balik pada mitra dagang utama. Namun, Trump juga mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China mungkin saja terjadi, meskipun baru-baru ini memberlakukan tarif 10% terhadap negara tersebut, yang memicu kemarahan dan pembalasan dari Beijing.

Sementara itu, dia mengungkap bahwa The Fed merilis risalah rapatnya pada 28-29 Januari, yang menunjukkan sikap hati-hati di antara para pejabat karena potensi tekanan inflasi yang timbul dari kebijakan perdagangan dan imigrasi AS baru-baru ini.

Menurutnya, diskusi tersebut menyoroti kekhawatiran bahwa tarif yang diusulkan Trump dapat mengganggu rantai pasokan global, yang menyebabkan peningkatan biaya dan inflasi yang tinggi. 

Ketidakjelasan seputar rencana Trump telah meningkatkan keraguan dalam menetapkan pemotongan suku bunga pada 2025.

Sementara itu, sentimen dari Timur Tengah, Israel dan Hamas akan memulai negosiasi tidak langsung pada tahap kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang dapat membebani harga minyak dengan mengurangi risiko gangguan pasokan lebih lanjut.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper