Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (20/2/2025) ke level Rp16.360 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,22% atau 35,5 poin ke level Rp16.360. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,04% ke level 107,12.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami pelemahan. Dolar Hong Kong misalnya melemah 0,02%, dolar Taiwan melemah 0,07%, rupee India melemah 0,11%, serta yuan China melemah 0,04%.
Adapun, sederet mata uang Asia lainnya mencatatkan penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,61%, dolar Singapura menguat 0,09%, won Korea Selatan menguat 0,09%, serta peso Filipina menguat 0,14%.
Pada perdagangan kemarin, Rabu (19/2/2025), rupiah pun tercatat melemah 46,5 poin atau 0,29% ke Rp16.324 per dolar AS.
Pelemahan rupiah pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (19/2/2025).
Adapun, pada bulan sebelumnya atau dalam RDG BI periode Januari 2025, BI menurunkan suku bunga acuannya 25 basis poin atau dari sebelumnya di level 6%.
Sementara itu, melansir Reuters, sentimen global yang memengaruhi pasar Asia datang dari traders yang mengabaikan ancaman tarif terbaru dari Presiden AS Donald Trump terhadap impor mobil, semikonduktor, dan farmasi.
Trump mengatakan tarif sektoral untuk farmasi dan cip semikonduktor akan dimulai dari 25% atau lebih tinggi, dan akan meningkat secara signifikan dalam satu tahun. Trump berencana memberlakukan tarif serupa pada mobil mulai 2 April.
Namun, reaksi pasar terhadap ancaman Donald Trump tetap tenang karena para investor semakin melihatnya sebagai alat tawar-menawar. Meskipun demikian, dolar AS menguat akibat kekhawatiran geopolitik, termasuk negosiasi antara Rusia dan Ukraina yang meningkatkan aliran investasi ke aset safe haven.
"Saya pikir investor berasumsi bahwa kesepakatan akan tercapai dan tarif akan ditunda serta dikurangi," kata Ben Bennett, Asia-Pacific Investment Strategist di Legal & General Investment Management di Hong Kong.