Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat lebih dari 1% pada perdagangan Selasa (18/2/2025), seiring dengan meningkatnya ketidakpastian mengenai kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang mendorong investor memburu emas sebagai aset safe haven.
Melansir Reuters, Rabu (19/2/2025), harga emas di pasar spot menguat 1,2% ke US$2.932,79 per troy ounce pada pukul 02.11 WIB), setelah pekan lalu mencatat rekor tertinggi di US$2.942,70. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup melonjak 1,7% di US$2.949 per troy ounce.
Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan pasar merespons ketidakpastian politik di Washington dengan meningkatkan kepemilikan aset safe haven seperti emas.
“Selain itu, dari sisi teknikal, tren harga saat ini juga mengarah bullish,” jelas Wyckoff.
Sejak dilantik bulan lalu, Trump telah mengubah dinamika perdagangan global dengan menerapkan berbagai tarif baru. Pemerintahannya juga tengah merancang kebijakan tarif balasan terhadap negara-negara yang memberlakukan pajak atas produk AS.
Analis Commerzbank dalam laporannya mengatakan dukungan tambahan bagi emas juga datang dari aksi beli bank sentral, yang kemungkinan akan terus berlanjut.
Baca Juga
Pasar kini mengalihkan perhatian ke risalah pertemuan Federal Reserve AS yang akan dirilis Rabu, guna mencari indikasi terkait arah kebijakan suku bunga ke depan.
“Jika ekonomi mulai tersendat akibat dampak perang dagang, ada kemungkinan The Fed mempertimbangkan pemangkasan suku bunga,” tambah Wyckoff.
Sebagai aset safe haven, emas cenderung menguat di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Selain itu, dalam lingkungan suku bunga rendah, emas menjadi lebih menarik karena tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi.
Analis pasar di City Index dan FOREX.com Fawad Razaqzada mengatakan secara teknikal, tren kenaikan emas masih solid. Namun, risiko koreksi tetap ada jika harga terus mendekati level puncaknya.
”Untuk mencetak rekor baru, diperlukan peningkatan ketegangan geopolitik, khususnya terkait Ukraina,” pungkasnya.