Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Was-Was Perang Dagang AS-Uni Eropa, Bursa Asia Dibuka Variatif

Bursa Asia dibuka variatif pada Senin (17/2/2025) karena para pedagang menghadapi peningkatan ketegangan antara AS-Uni Eropa dan jelang keputusan bank sentral.
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia dibuka variatif pada Senin (17/2/2025) karena para pedagang menghadapi peningkatan ketegangan antara AS dan Uni Eropa dan keputusan kebijakan moneter bank sentral yang akan datang.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka turun 0,72% pada level 8.493,90, sedangkan indeks Topix Jepang terpantau naik tipis 0,06% pada 2.760,04. Sementara itu, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong terpantau melemah 0,6%.

Permulaan yang kurang baik pada minggu ini terjadi ketika investor memantau meningkatnya ketegangan antara AS dan Eropa setelah rencana tarif Presiden Donald Trump memicu ancaman pembalasan. 

Wakil Presiden AS JD Vance menyerang sekutu lama Eropa pada konferensi keamanan akhir pekan lalu. Sementara itu, rencana untuk merundingkan diakhirinya perang di Ukraina telah membuat blok tersebut tersisih.

“Kurangnya visibilitas mengingat pemerintahan AS yang tampaknya masih tidak dapat diprediksi berarti bahwa para pelaku pasar jangka pendek tidak memiliki banyak keyakinan,” kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex seperti dikutip Bloomberg, Senin (17/2/2025).

Chandler melanjutkan pembicaraan bilateral antara AS dan Rusia mengenai Ukraina mirip dengan Krisis Suez pada 1956, di mana kepentingan AS sangat berbeda dengan Inggris dan Perancis.

Fokus investor kemungkinan akan tetap tertuju pada data makroekonomi dalam jangka pendek seiring dengan serangkaian keputusan kebijakan mulai dari Wellington hingga Jakarta yang akan dirilis pada minggu ini. 

Reserve Bank of Australia diperkirakan akan memulai siklus penurunan suku bunga yang telah lama ditunggu-tunggu pada Selasa [18/2/2025], sedangkan bank sentral Selandia Baru kemungkinan akan melanjutkan pelonggaran cepatnya untuk mendukung perekonomian yang lesu pada Rabu. 

“Kami memperkirakan RBA akhirnya memulai siklus pelonggarannya, karena inflasi telah berkurang secara signifikan,” tulis ekonom Societe Generale SA termasuk Wei Yao dalam sebuah catatan.

Investor juga akan mengamati saham-saham Tiongkok setelah indeks saham daratan yang terdaftar di AS naik 2,3% pada Jumat di tengah euforia terhadap perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan. Potensi pertemuan minggu ini antara Presiden Xi Jinping dan ikon e-commerce Jack Ma bisa menjadi katalis berikutnya yang memperpanjang reli saham China.

Pada perkembangan lain di Asia, saham Westpac Banking Corp. turun sebanyak 6% setelah laba dan margin merosot. Perekonomian Jepang berkembang selama tiga kuartal berturut-turut karena perusahaan meningkatkan investasi dan peningkatan ekspor neto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper