Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Lanjut Menguat Pekan Depan, Intip Sentimennya

Tersengat kebijakan tarif Donald Trump, rupiah diproyeksi lanjut menguat pekan depan ke level Rp16.200 hingga Rp16.260 per dolar AS.
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/2/2025). Rupiah diproyeksikan akan kembali menguat didorong oleh sejumlah sentimen.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 109 poin atau 0,67% ke level Rp16.252 per dolar AS pada Jumat (14/2/2025). Seiring dengan penguatan rupiah, indeks dolar AS terpantau melemah 0,30 poin atau 0,35% ke level 107,017 pada akhir pekan ini.

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan pekan depan, pasar masih akan kembali bergairah. Pada awal pekan depan, Senin (17/2/2025), ia memproyeksikan rupiah masih akan mengalami penguatan signifikan ke level Rp16.200 per dolar AS sampai Rp16.260 per dolar AS.

Terdapat sejumlah sentimen yang akan mendorong penguatan rupiah pekan depan. Dari luar negeri, adanya ekspektasi bahwa rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif tidak akan berlaku hingga April 2025. Dengan begitu, kebijakan Trump akan memberikan banyak waktu menghindari perang dagang.

"Sentimen lainnya adanya potensi kesepakatan damai Rusia Ukraina secara geopolitik. Ini akan membuat kondisi fundamental ekonomi kembali normal," kata Ibrahim dalam keterangannya pada Jumat (14/2/2025).

Di Eropa, produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh 0,1% pada kuartal IV/2024, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa kembali pulih pasca terdampak perang Rusia Ukraina.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Indonesia. Kedatangan Erdogan disinyalir akan membawa angin segar di sektor infrastruktur dalam negeri, terutama terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Banjaran Surya Indrastomo menilai rupiah masih akan melemah setidaknya per Februari 2025. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah beberapa waktu belakangan diakibatkan oleh sentimen eksternal, terutama penguatan dolar AS.

Kebijakan Trump yang cenderung proteksionis mendorong penguatan indeks dolar AS. "Rupiah diperkirakan masih melanjutkan tren pelemahan dalam jangka pendek, tertekan oleh sentimen eksternal," ujar Banjaran.

Kendati demikian, dia meyakini BI memiliki daya intervensi agar pelemahanan rupiah tidak semakin memburuk. Banjaran meyakini BI bisa melakukan intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pasar surat berharga agar cadangan devisa negara tetap kuat.

Apalagi, penanaman modal asing tumbuh melampaui ekspektasi pasar yaitu sebesar 33,3% pada Kuartal IV/2024. Oleh sebab itu, sambungnya, sentimen positif perekonomian domestik ke depan masih besar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper