Bisnis.com, JAKARTA – Performa mentereng yang diperlihatkan indeks saham BUMN pada awal tahun ini bukannya tanpa tantangan. Volatilitas eksternal dinilai analis bisa menjadi pengganggu laju positif indeks pelat merah ke depan.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham BUMN atau IDXBUMN20 meningkat 2,13% sepanjang tahun berjalan alias year to date (YtD) ke level 360,91 hingga akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (24/1/2025).
Kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menorehkan pertumbuhan sebesar 1,22% YtD ke 7.166,05. Selain itu, kinerja IDXBUMN20 juga lebih unggul dari LQ45 yang hanya tumbuh 0,59 YtD.
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg Terminal, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi tulang punggung kinerja IDXBUMN20 dengan bobot 48,84%. Hal ini lantaran saham BMRI tumbuh 7,46% YtD menuju level Rp6.125 per saham.
Posisi berikutnya adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang naik 5,98% YtD ke Rp4.610. Kenaikan itu memberikan bobot pada indeks sebesar 37,28%.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan memproyeksikan penguatan IDXBUMN20 dapat berlanjut dalam jangka menengah, terutama jika laporan keuangan 2024 menunjukkan hasil positif dan kebijakan ekonomi pemerintah tetap mendukung.
Baca Juga
Meski demikian, dia menyatakan bahwa performa pasar saham Indonesia tetap dibayangi oleh sejumlah faktor. Salah satunya volatilitas yang mungkin bakal meningkat jelang pertengahan tahun karena faktor eksternal.
“Ketidakpastian global seperti tren suku bunga bank sentral Amerika Serikat [AS], The Fed, dan perlambatan ekonomi global dapat memengaruhi sentimen di pasar saham domestik,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (27/1/2025).
Sucor Sekuritas, dalam paparannya kepada Bisnis, turut mengimbau kepada investor untuk mewaspadai beberapa faktor yang dapat memengaruhi kinerja IDXBUMN20.
Salah satunya terkait dengan kebijakan suku bunga acuan. Menurut Sucor, perubahan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dapat memengaruhi profitabilitas sektor perbankan dan secara keseluruhan kinerja emiten pelat merah.
“Selain itu, jika kebijakan proteksionis AS mendorong capital outflow dari fund barat seperti MSCI [Morgan Stanley Capital International],” ungkap Sucor Sekuritas.
Sucor Sekuritas juga menilai bahwa perubahan kondisi ekonomi dan geopolitik internasional dapat mempengaruhi kinerja masing-masing BUMN.
Di tengah proyeksi tersebut, Sucor masih merekomendasikan investor saham perbankan dengan kapitalisasi pasar jumbo atau big caps yang memiliki kinerja fundamental solid dan memiliki valuasi yang menarik.
_______________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.