Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah menguat ke level Rp16.265,5 per dolar AS pada perdagangan Kamis (23/1/2025), di tengah penantian investor atas kebijakan tarif presiden Donald Trump.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,15% atau 14 poin ke level Rp16.265 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS hingga pukul 09.00 WIB, menguat 0,010% ke level 108,27.
Adapun, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang turun 0,01%, won Korea Selatan susut 0,13% dan peso Filipina turun 0,20%.
Pelemahan mata uang lainnya turut diikuti yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing 0,02% dan 0,10%. Baht Thailand turut melemah 0,22%.
Di sisi lain, sejumlah mata uang turut menguat di antaranya dolar Hong Kong sebesar 0,01% dan dolar Taiwan sebesar 0,04%. Selanjutnya, rupee India turut menguat sebesar 0,29%.
Seperti diberitakan sebelumnya, dolar AS tetap stabil pada perdagangan Rabu (22/1/2025) setelah sempat turun ke posisi terendah dua pekan, karena investor menunggu kejelasan rencana tarif yang akan diterapkan Presiden Donald Trump.
Baca Juga
Melansir Reuters, Kamis (23/1/2025), indeks dolar AS yang mengukur nilai tukar dolar terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, naik tipis 0,01% menjadi 108,14 setelah sebelumnya turun ke 107,75, level terendah sejak 6 Januari.
Sementara itu, euro melemah 0,08% ke US$1,0421, di tengah sinyal kuat bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan memangkas suku bunga dalam pertemuan pekan depan.
Trump mengumumkan pada Selasa malam bahwa pemerintahannya tengah mempertimbangkan tarif 10% untuk barang impor dari China yang akan berlaku mulai 1 Februari.
Sebelumnya, ia juga menyebutkan rencana tarif hingga 25% untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada pada tanggal yang sama. Trump turut menjanjikan pengenaan tarif untuk barang-barang dari Eropa, meski tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Pekan lalu, dolar AS mencapai level tertinggi dua tahun terhadap yen di level 110,17, didorong oleh ekspektasi tarif. Namun, kurangnya kejelasan kebijakan membuat tren tersebut mulai berbalik. Sepanjang pekan ini, dolar telah mengalami penurunan sekitar 1,2%.
"Pasar memang sudah siap untuk koreksi, dan absennya kejutan besar di hari pertama pengumuman tarif memicu aksi ambil untung," ujar kepala divisi valas global Jefferies Brad Bechtel.