Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengelola Pizza Hut (PZZA) Berbalik Cuan, KFC (FAST) Masih Rugi Imbas Boikot

Pizza Hut (PZZA) mencatat laba Rp15,56 miliar di semester I/2025, berbalik dari rugi tahun lalu. Sementara itu, KFC (FAST) masih rugi Rp138,75 miliar akibat boikot.
Ilustrasi gerai Pizza Hut milik PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA).
Ilustrasi gerai Pizza Hut milik PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA).

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pengelola jejaring restoran cepat saji, PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) atau Pizza Hut dan PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) atau KFC membukukan kinerja yang berbeda sepanjang semester I/2025.

Berdasarkan laporan keuangan, PZZA telah membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp15,56 miliar pada semester I/2025. Capaian itu berbanding terbalik dengan catatan rugi bersih sebesar Rp75,11 miliar pada semester I/2024.

Perbaikan kondisi profitabilitas PZZA sejalan dengan kinerja penjualan bersih yang naik 12,41% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp1,54 triliun pada semester I/2025, dibandingkan dengan Rp1,37 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan PZZA berasal dari segmen usaha makanan sebesar Rp1,45 triliun dan minuman Rp88,81 miliar.

"Perbaikan penjualan, disertai dengan inisiatif spend smarter yang secara konsisten dijalankan sejak 2023, mampu membalik kondisi rugi operasional kami pada semester I/2024 menjadi laba operasional untuk periode yang sama tahun ini," kata Corporate Secretary Sarimelati Kencana Andromeda Hermawan Tristanto dalam keterangan tertulisnya pada beberapa waktu lalu.

Menurutnya, perseroan masih melihat banyak segmen pasar yang dapat dijangkau melalui teroboson-terobosan program marketing di dunia digital dan co-branding sehingga momentum perbaikan kinerja diproyeksikan akan berlanjut pada semester II/2025.

Di sisi lain, performa yang masih lemah dibukukan oleh pengelola KFC yakni PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST). Pada paruh pertama tahun ini, FAST yang masih membukukan rugi bersih sebesar Rp138,75 miliar. Jumlah rugi bersih itu menyusut cukup signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp348,83 miliar. 

Di sisi top line, pendapatan FAST tercatat turun 3,12% YoY menjadi Rp2,4 triliun pada semester I/2025, dibandingkan dengan Rp2,48 triliun pada semester I/2024.

Pendapatan FAST berasal dari pihak ketiga makanan dan minuman sebesar Rp2,39 triliun, komisi atas penjualan konsinyasi sebesar Rp9,37 miliar, serta jasa layanan antar Rp855,98 juta. 

Pengelola Pizza Hut (PZZA) Berbalik Cuan, KFC (FAST) Masih Rugi Imbas Boikot

Sebagaimana diketahui, KFC dan Pizza Hut terkena imbas boikot seiring dengan gejolak geopolitik Palestina dan Israel. Direktur Fast Food Indonesia Wahyudi Martono mengatakan bahwa isu boikot sejauh ini melanda produk-produk asal AS, dan KFC juga ikut terdampak karena berasal dari AS. 

"Seruan boikot itu memang kami alami. Meskipun kami tidak terdaftar di dalam produk yang diboikot, tetapi karena KFC merupakan produk Amerika, kita juga sangat terdampak. Bukan terdampak saja, tapi sangat terdampak," katanya dalam public expose pada beberapa waktu lalu.

Wahyudi juga mengatakan bahwa perseroan tetap menyiapkan sejumlah strategi mendongkrak kinerja. FAST, misalnya, mengoptimalkan penjualan dan menyesuaikan strategi secara dinamis seiring dengan perkembangan kondisi pasar guna menjadi lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan situasi yang tidak dapat diprediksi.  

"Upaya optimalisasi penjualan dilakukan melalui penerapan strategi harga yang kompetitif, peningkatan efektivitas pemasaran termasuk penawaran diskon dan promosi yang menarik, serta pemanfaatan maksimal dari seluruh unit bisnis untuk mendorong pertumbuhan penjualan secara menyeluruh," katanya dalam keterbukaan informasi. 

Dia mengatakan bahwa FAST juga terus memperkuat kehadiran pada kanal digital melalui strategi pemasaran digital yang lebih terarah, dan penggunaan media sosial untuk meningkatkan engagement dengan pelanggan. Menurutnya, pemanfaatan data pelanggan dan analitik menjadi bagian penting dalam menyusun penawaran yang lebih relevan dan personal. 

Lebih lanjut, dia mengungkap bahwa FAST juga terbuka terhadap peluang kolaborasi strategis dan kemitraan, baik dengan platform digital, layanan pengantaran, maupun mitra bisnis lainnya, untuk memperluas jangkauan pasar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro