Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada Rabu (22/1/2025). Rupiah naik ke level Rp16.343 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot rupiah menguat 0,15% ke level Rp16.343 per dolar AS pada pukul 09.00 WIB. Sementara itu, indeks dollar AS hingga pukul 09.00 WIB, menguat 0,05% ke level 108,11.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang turun 0,12%, dolar Hong Kong turun 0,04%, dolar Singapura melemah 0,10%, dolar Taiwan menguat 0,01%, dan won Korea Selatan menguat 0,23%.
Kemudian yuan China turun 0,18%, rupee India melemah 0,02%, peso Filipina melemah 0,04%, ringgit Malaysia naik 0,40%, dan baht Thailand menguat 0,11%.
Baca Juga : Asa Penguatan Rupiah kala Dolar Melemah |
---|
Melansir Reuters, dolar mengalami sedikit penurunan pada hari Rabu dalam perdagangan yang tidak menentu karena kurangnya kejelasan tentang rencana Presiden Donald Trump terkait tarif. Hal tersebut membuat pasar keuangan tetap dalam ketidakpastian.
Trump mengatakan pada Selasa malam di Gedung Putih bahwa pemerintahannya sedang membahas penerapan tarif sebesar 10% untuk barang yang diimpor dari China mulai 1 Februari, hari yang sama dengan pernyataannya sebelumnya bahwa Meksiko dan Kanada akan dikenai tarif sekitar 25%.
Trump juga berjanji untuk memberlakukan bea pada impor dari Eropa tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Walaupun Trump mengancam tarif hingga 25% untuk Meksiko dan Kanada, ia menahan diri untuk tidak memberlakukannya meskipun telah menandatangani beberapa perintah eksekutif," kata Analis IG International Tony Sycamore.
Dia melanjutkan, keputusan Trump untuk tidak menargetkan China dianggap sebagai tanda kemungkinan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap tarif, dibandingkan dengan janji kampanyenya, yang mengurangi risiko inflasi dan potensi tindakan hawkish dari Federal Reserve.
Para pelaku pasar memperkirakan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve sebesar 0,25 bps pada bulan Juli, sementara pemotongan lainnya pada akhir tahun dianggap sebagai peluang 50:50.
"Tarif 10% pada impor dari Tiongkok akan jauh lebih rendah dibandingkan tarif 60% yang disebutnya dalam kampanye," kata Alvin Tan, Head of Asia FX Strategy RBC Capital Markets.
Selain itu, kata Tan, terdapat kesan jika Trump tidak mengejar proteksionisme perdagangan maksimal dalam tindakan awalnya, melainkan sedang mempersiapkan diri untuk negosiasi perdagangan.
"Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa dolar AS bisa mengalami penurunan lebih lanjut," tutur Tan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.