Bisnis.com, JAKARTA – Indeks utama Wall Street menguat pada perdagangan Selasa (21/1/2025), karena investor mencermati langkah awal Donald Trump sebagai Presiden AS dan merasa lega bahwa masa jabatan barunya tidak dimulai dengan kenaikan tarif yang menyeluruh.
Melansir Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 537,98 poin atau 1,24% ke 44.025,81. Adapun indeks S&P 500 naik 52,58 poin atau 0,88% ke 6.049,24.
Sementara itu, indeks Nasdaq Composite menguat 126,58 poin atau 0,64% ke level 19.756,78, mendekati level tertingginya sejak 6 Januari.
Meskipun Trump belum mengumumkan rencana jelas terkait tarif universal dan tambahan terhadap mitra dagang utama, ia menyebut kemungkinan pengenaan tarif pada barang Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari.
Kekhawatiran investor terhadap dampak tarif dan potensi perang dagang global tetap tinggi, mengingat risiko kenaikan inflasi. Goldman Sachs merevisi turun proyeksi peluang penerapan tarif universal tahun ini menjadi 25% dari sebelumnya 40% pada Desember lalu.
Kepala analis pasar BMO Private Wealth Carol Schleif mengatakan ada kelegaan sekaligus kejutan kecil karena tarif tidak menjadi fokus dalam rangkaian kebijakan awal Donald Trump.
Baca Juga
“Ada ekspektasi bahwa pendekatan pemerintah AS akan lebih terukur dan bertahap, menggunakan ancaman tarif sebagai strategi negosiasi, bukan tindakan agresif,” jelasya seperti dikutip Reuters.
Dari 11 sektor utama S&P 500, hanya sektor energi yang mencatat penurunan, sementara sektor industri memimpin dengan kenaikan 2,03%, didukung oleh lonjakan saham seperti 3M yang menguat naik 4,2%).
Di sektor utilitas, kebijakan energi baru Trump mendongkrak saham-saham seperti Vistra Corp, NRG Energy, dan Constellation Energy. Namun, saham Apple menjadi hambatan terbesar bagi S&P 500 dengan pelemahan 3,2% setelah Jefferies menurunkan peringkatnya.
Optimisme juga terlihat di sektor otomotif, dengan saham Ford naik 2,5% dan General Motors melonjak 5,7% setelah mendapatkan peningkatan peringkat dari Deutsche Bank.
Walau begitu, inflasi yang masih di atas target 2% Federal Reserve memunculkan kekhawatiran bahwa kebijakan pemerintah baru dapat memperlambat langkah pelonggaran moneter bank sentral.
Para ekonom memprediksi The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan pekan depan, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada Juni, menurut CME Group.