Bisnis.com, JAKARTA — PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) mengungkapkan tantangan penggabungan usaha atau merger yang dilakukan dengan Grup Axiata, PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Direktur Smartfren Telecom Andrijanto Muljono mengatakan tantangan merger saat ini lebih kepada culture atau budaya yang berbeda, karena dilakukan bersama dengan perusahaan yang memiliki induk di Malaysia.
"Orientasi pemegang sahamnya juga bisa berbeda begitu kemungkinannya. Jadi saya mencoba meraba, yang menjadi tantangan akan lebih cenderung ke budaya, karena corporate culture-nya berbeda," ujar Andrijanto, ditemui tim Bisnis di Jakarta, baru-baru ini.
Selain itu, lanjutnya, yang menjadi tantangan lainnya adalah tantangan bisnis. Seperti misalnya ketika Sinarmas ingin mengejar pertumbuhan, sementara Axiata ingin mengejar dividen, maka hal tersebut dapat menjadi tantangan bagi merger ini.
Meskipun demikian, Andrijanto meyakini tantangan jangka panjang ini dapat diselesaikan oleh manajemen.
Andrijanto melanjutkan pihaknya melihat merger ini dapat membuat efisiensi dalam hal jaringan, pemasaran, dan lain sebagainya. Dia meyakini efisiensi ini dapat menjadi modal untuk perusahaan ke depannya melakukan ekspansi.
"Jadi jangka pendek, kalau ada kebutuhan ekspansi, bisa didanai dari efisiensi yang dihasilkan," ujarnya.
Secara jangka pendek, katanya, FREN akan lebih cenderung melakukan upaya besar dalam proses integrasi. Andrijanto mengatakan arah dari merger ini adalah bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan aset-aset kedua pihak.
Dengan demikian, ekspansi seperti penambahan BTS, akan dipertimbangkan setelah integrasi dan manfaat sinergi dari merger telah terjadi.
"Menurut saya, justru dengan adanya penggabungan ini, chance untuk meningkatkan keuntungannya semakin besar. Secara teori, otomatis biaya-biaya yang dulu harus di-cover oleh masing-masing, sekarang hanya satu pihak, jadi mestinya ini juga yang diharapkan oleh pemegang saham kita," katanya.