Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melebur 7 perusahaan konstruksi pelat merah atau BUMN Karya menjadi 3 entitas induk semakin mendekati tahap finalisasi.
Analis Bahana Sekuritas Kevin Jonathan Panjaitan, dalam riset terbarunya menyampaikan berdasarkan hasil diskusi dengan pihak BUMN Karya, rencana pembentukan holding tersebut sudah mendekati tahap akhir.
Tujuh perusahaan konstruksi pelat merah yang akan dilebur adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Nindya Karya (Persero).
“Pada awal kuartal I/2025, pemerintah diperkirakan mengumumkan rincian rencana holding WSKTdengan Hutama Karya, serta penggabungan ADHI-Brantas-Nindya, dan PTPP-WIKA,” ujar Kevin dikutip pada Rabu (15/1/2025).
Menurutnya, langkah restrukturisasi akan berdampak positif pada lansekap industri konstruksi Tanah Air. Upaya tersebut juga bertujuan mengurai masalah keuangan dan persaingan tak sehat yang selama ini terjadi di antara kontraktor pelat merah.
Hutama Karya dan WSKT akan membentuk holding yang fokus pada pengembangan jalan tol, lalu ADHI-Nindya-Brantas berfokus pada sektor infrastruktur air dan kereta api, sedangkan PTPP-WIKA berkonsentrasi pada pengembangan bandara, pelabuhan laut, serta proyek EPC (engineering, procurement, and construction).
Kendati demikian, Kevin menyatakan bahwa para kontraktor pelat merah tetap dapat mengamankan kontrak di luar spesialisasi yang telah ditentukan.
“Menurut pemeriksaan kami, pembentukan holding Hutama Karya akan menjadi prioritas utama, diikuti oleh ADHI dan PTPP karena studi pembentukan holding Hutama Karya telah memasuki tahap finalisasi,” pungkasnya.
Di sisi lain, ADHI dinilai menjadi pihak paling diuntungkan dari rencana pembentukan holding. Hal itu karena perseroan bakal menjadi induk bagi Nindya Karya dan Brantas Abipraya yang memiliki neraca keuangan dan profitabilitas kuat.
“Struktur holding tersebut juga berpotensi memperluas skala ADHI baik dari segi ekuitas, pendapatan, maupun kontrak baru,” kata Kevin.
Bahana Sekuritas lantas menyematkan rekomendasi beli untuk ADHI karena dinilai memiliki neraca keuangan yang lebih kuat dari BUMN Karya lainnya, dan peluang proyek baru seperti MRT. Target saham ADHI dipatok pada level Rp260 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.