Bisnis.com, JAKARTA - Kendati Bitcoin (BTC) masih mendominasi pangsa pasar aset kripto, kategori Altcoin tematik diramal terus bertumbuh seiring makin maraknya aksi diversifikasi oleh para investor.
Dilansir dari Bloomberg, Kepala Data dan Analitik FRNT Financial Inc Strahinja Savic menjelaskan bahwa diversifikasi investor terhadap Altcoin tematik terutama didorong oleh potensi keuntungan, serta faktor fundamental alias penggunaan riil dari token tersebut.
"Reli di antara Altcoin seperti yang kita lihat adalah investor yang mengikuti mantra kripto populer ‘beli saat harga sedang turun’ untuk mengantisipasi kelanjutan pasar bull," ujar Savic, dikutip Sabtu (11/1/2025).
Secara umum, Altcoin cenderung lebih fluktuatif daripada BTC. Berarti ada potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan, tapi juga potensi kerugian lebih besar.
Oleh sebab itu, efek terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) masih menjadi harapan bagi para pemegang Altcoin tematik. Iklim regulasi yang lebih bersahabat untuk kripto diharapkan mendorong Altcoin meroket.
Buktinya, Altcoin yang sebelumnya menghadapi pengawasan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS tercatat mengalami arus masuk yang besar sejak kemenangan Trump dan Partai Republik yang berjanji mendukung ekosistem ramah kripto di AS selama 4 tahun ke depan.
Hal itu juga tergambar dalam survei Binance terhadap 27.230 penggunanya di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika Latin pada akhir tahun lalu, membuktikan adanya tren pergeseran perhatian investor terhadap beberapa token Altcoin tematik sepanjang 2025.
Hasilnya, token blockchain terkait kecerdasan buatan (AI/artificial intelligence) menjadi yang paling diminati dan menjadi incaran para responden, dengan 23,89% menempatkannya sebagai penggerak utama pasar Altcoin di tahun ini.
Setelah token AI, responden yang juga mengantisipasi Memecoin mencapai 19,09% dari total responden, disusul token terkait Decentralized Finance (DeFi) sebesar 12,37%, dan terakhir baru token-token Layer-1 (L1) sebesar 12,28%.
Dari sudut pandang investor, proyek-proyek blockchain terkait AI dianggap memiliki nilai guna riil yang jelas. Sebagai contoh, token RENDER merupakan proyek yang mempertemukan antara pihak yang butuh melakukan pekerjaan rendering proyek 3D seperti film animasi, gim, sampai realitas virtual, dengan pihak yang memiliki perangkat graphics processing unit (GPU) menganggur.
Ada juga token Internet Computer (ICP) yang merupakan proyek kripto penyedia pusat data terdesentralisasi, SingularityNET (AGIX) sebagai marketplace AI, kemudian Fetch AI (FET) untuk AI otomatisasi agen ekonomi, Bittensor (TAO) yang membangun jaringan machine learning terbuka, dan Alethea (ALI) yang memungkinkan pembuatan avatar interaktif berbasis AI.
Adapun, token-token Meme seperti Dogecoin (DOGE), Shiba Inu (SHIB) atau Pepe (PEPE), cenderung dilirik karena pengaruh komunitas di dalamnya yang begitu kuat di jagad maya, serta kehadiran tokoh-tokoh ternama di baliknya seperti Elon Musk.
Bergeser ke kategori DeFi, saat ini token-token di dalamnya cenderung dilirik karena punya kegunaan yang nyata sebagai layanan keuangan berbasis blockchain yang beroperasi tanpa perlu otoritas terpusat seperti bank. Berbagai layanan seperti pinjam-meminjam aset, staking, farming, atau perdagangan derivatif pun memungkinkan berjalan secara terdesentralisasi selama 24 jam penuh.
Sebagai contoh, platform seperti Aave mempertemukan pengguna yang mau meminjamkan aset kriptonya ke pengguna lain. Pengguna dapat menyediakan aset ETH sebagai jaminan untuk meminjam stablecoin seperti USDT.
Ada juga DeFi untuk penyedia likuiditas bursa desentralisasi (DEX) seperti Uniswap atau PancakeSwap yang memungkinkan para investor mendapatkan sebagian fee atas aktivitas transaksi di platform terkait, kemudian mendapatkan imbalan token UNI atau CAKE selepas meminjamkan aset kriptonya.
Secara umum, token kripto blockchain kategori L1 seperti BTC, Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) memang masih mendominasi dengan total kapitalisasi pasar sekitar US$2,66 triliun.
Namun, apabila melihat pertumbuhannya, token-token L1 cenderung terlalu aman, kurang punya nilai guna rill, dan punya ketergantungan kuat dengan sentimen pasar atas BTC, atau biasa disebut sangat erat kaitannya dengan Bitcoin Dominance.
Secara umum, BTC Dominance dihitung dengan membagi total kapitalisasi pasar Bitcoin dengan total kapitalisasi pasar crypto secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai BTC Dominance, semakin besar pengaruh Bitcoin di pasar.
Berdasarkan data Coinmarketcap ketika berita ini ditulis, Bitcoin Dominance berada di level 56,7% di tengah tren penurunan. Sementara itu, indeks Altcoin Season (Altseason) hanya berada di 46 poin dengan total kapitalisasi pasar US$1,4 triliun.
Sebelumnya, Altseason tertinggi sempat dicetak pada 4 Desember 2024 dengan 87 poin. Kapitalisasi pasar total Altcoin waktu ini sekitar US$1,61 triliun.
"Tren Bitcoin Dominance berkaitan dengan Altseason, yaitu periode ketika altcoin mendominasi pasar dan berkinerja lebih baik dibanding Bitcoin. Pada saat Altseason, investor memindahkan portofolio mereka dari Bitcoin ke Altcoin untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi," ungkap Lembaga Edukasi Kripto Pintu Academy.
Dengan menggunakan BTC Dominance, investor bisa membaca tren pasar dan menentukan strategi investasi yang lebih efektif. Misalnya, jika BTC Dominance naik bersamaan dengan harga BTC, ini bisa menjadi sinyal untuk membeli.
"Sebaliknya, jika BTC Dominance turun tetapi harga BTC naik, ini menunjukkan Altcoin memiliki kinerja lebih baik, dan mungkin saat yang tepat untuk membeli Altcoin," tambahnya.
Namun, karena tidak ada indikator yang sempurna, sebaiknya kombinasikan BTC dominance dengan analisis teknikal, fundamental, dan sentimen pasar lainnya untuk hasil yang lebih akurat.
Pasalnya, indikator ini tidak bisa mencerminkan keadaan pasar secara pasti. Sebab, tidak memperhitungkan pertumbuhan stablecoin seperti USDT atau USDC, yang banyak digunakan untuk mengamankan portofolio saat pasar sedang bearish.
Selain itu, proyek-proyek scam dan BTC yang telah hilang juga bisa memengaruhi akurasi rasio ini. Walau begitu, selama BTC tetap menjadi pemimpin pasar kripto, BTC Dominance akan terus relevan dalam membantu investor memahami dinamika pasar.