Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Lampaui Ekspektasi, Harga Bitcoin Tinggalkan Level US$100.000

Imbal hasil obligasi AS yang mencapai titik tertinggi sejak pertengahan tahun lalu turut memengaruhi harga Bitcoin, yang turun hingga 5%.
Warga berswafoto dengan latar logo Bitcoin di Terowongan Kendal, Jakarta. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Warga berswafoto dengan latar logo Bitcoin di Terowongan Kendal, Jakarta. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Reli Bitcoin di atas level US$100.000 tidak berlangsung lama setelah aset kripto tersebut merosot ke harga terendah dalam dalam lebih dari dua pekan seiring dengan rilis data ekonomi terbaru yang membuat imbal hasil obligasi AS melonjak.

Mengutip Bloomberg pada Rabu (8/1/2025), harga Bitcoin turun 5% menjadi US$96.525 setelah melampaui US$100.000 pada Senin (6/1/2025) kemarin untuk pertama kalinya sejak 19 Desember. Sebagian besar token utama lainnya juga merosot, dengan Ether turun 7,5% dan XRP turun hampir 6%.

Bitcoin memperpanjang kerugian karena ekuitas berbalik turun setelah kenaikan dua hari. Laporan Institute for Supply Management (ISM) yang lebih baik dari perkiraan tentang penyedia layanan AS mencakup ukuran harga yang dibayar mencapai level tertinggi sejak awal 2023. Sementara itu, data lain menunjukkan lowongan pekerjaan AS meningkat lebih dari yang diharapkan.

Obligasi pemerintah AS turun secara drastis, menyebabkan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Mei 2024, setelah penjualan obligasi senilai US$39 miliar menghasilkan imbal hasil tertinggi sejak 2007.

"Data ISM memicu aksi jual ekuitas yang meluas ke kripto karena meningkatnya korelasi antara aset digital dan Nasdaq," kata kepala perdagangan di perusahaan aset digital Abra, Bob Wallden. 

Dia menambahkan, penurunan tersebut dikombinasikan dengan aksi ambil untung dan pemicu stop-loss pada posisi beli kripto baru di atas US$100.000.

Wallden melanjutkan, berita utama yang diperbarui seputar perubahan sikap Presiden terpilih Donald Trump terkait pembicaraan tarif telah menambah lapisan volatilitas lain ke pasar. Sementara itu, aksi harga di pasar Treasury membantu memicu sentimen hati-hati seputar Bitcoin.

Perubahan harga terjadi setelah investor menuangkan dana bersih US$987 juta ke dalam instrumen exchange traded funds (ETF) di bursa Bitcoin pada Senin, arus masuk satu hari terbesar sejak November 2024. Catatan tersebut melanjutkan arus dana masuk sekitar US$908 juta yang pada sesi sebelumnya.

Rekor kenaikan Bitcoin pada 2024 mulai memudar pada akhir Desember karena investor berupaya membukukan keuntungan. Optimisme bahwa Gedung Putih yang pro-kripto di bawah Trump akan memulai rezim yang mendukung di AS sebelumnya telah membantu mengangkat token tersebut ke level tertinggi sepanjang masa di $108.315 pada Desember 2024.

Dalam survei MLIV Pulse pada 6 Januari 2025 yang menanyakan investasi mana yang akan berbalik melemah pada 2025 dari posisi positif tahun lalu, 39% responden memilih Bitcoin, sehingga memperoleh suara terbanyak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper