Bisnis.com, JAKARTA — Tiga emiten baru secara bersamaan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Rabu (8/1/2025), yaitu PT Asuransi Digital Bersama Tbk. (YOII), PT Kentanix Supra International Tbk. (KSIX), dan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU). Listing tiga korporasi itu membuka gerbang untuk aksi IPO yang ditargetkan BEI mencapai 66 emiten baru.
Dalam initial public offering (IPO), YOII menetapkan harga pelaksanaan Rp100 per saham sehingga mengantongi dana Rp41,2 miliar. Rencananya, seluruh dana yang diperoleh dari hasil penjualan saham yang ditawarkan melalui IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan Asuransi Digital Bersama untuk modal kerja dalam rangka memperkuat struktur permodalan perseroan.
Lebih terperinci, sekitar 80% akan digunakan untuk biaya marketing untuk mendukung strategi usaha, distribusi produk, dan brand awareness Asuransi Digital Bersama.
Selain itu, sekitar 20% akan dipergunakan untuk pengembangan aplikasi yang mencakup data center, web hosting, dan system security. Asuransi Digital Bersama juga mengalokasikan dana untuk pengembangan sumber daya manusia, termasuk biaya perekrutan karyawan baru untuk information technology, teknis, dan operasional.
Sementara itu, PT Kentanix Supra International Tbk. (KSIX) yang bergerak dalam bidang pembangunan kawasan perumahan atau real estate itu melepas sebanyak-banyaknya 320.674.800 saham atau 15% dari modal yang ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Dengan harga IPO Rp452 per saham, Kentanix Supra ditaksir akan meraup dana dari aksi penawaran umum tersebut senilai Rp144,94 miliar.
Adapun, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO KSIX setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan, sekitar 59,42% akan digunakan perseroan sebagai modal kerja untuk pembangunan infrastruktur, termasuk cut and fill (perataan tanah) dan pembangunan rumah di 2 proyek yang sudah ada sebelumnya, yaitu Grand Nusa Indah dan Adhigana - Grand Nusa Indah (GNI), serta pembangunan infrastruktur di proyek baru Adhigana.
Selanjutnya, sekitar 27,84% akan digunakan perseroan sebagai setoran modal kepada SPB dalam rangka modal kerja untuk pembangunan infrastruktur, termasuk perataan tanah dan pembangunan rumah yang sudah ada sebelumnya, yaitu Vila Bogor Indah 6. Kemudian, sisanya akan digunakan untuk biaya operasional perseroan dalam menjalankan kegiatan usaha perseroan.
IPO Raharja Energi Cepu
Dalam IPO, PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) menawarkan 543,01 juta saham dalam IPO. Jumlah itu mencakup 190,05 juta saham baru dan 352,95 juta saham yang dijual oleh RAJA. Dengan harga penawaran umum sebesar Rp1.150 per saham. Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham anak usaha PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) itu adalah sebesar Rp624,46 miliar.
Lebih terperinci, nilai IPO tersebut terdiri atas Rp218,56 miliar hasil penerbitan saham baru dan Rp405,9 miliar masuk kocek RAJA sebagai hasil dari divestasi saham RATU.
Dari jumlah dana IPO yang dikantongi RATU, perseroan akan menggunakan sekitar Rp157,36 miliar untuk dipinjamkan kepada anak usahanya PT Raharja Energi Tanjung Jabung. Pinjaman itu akan digunakan anak usaha RATU untuk pemenuhan kewajiban pembayaran cash call dari PetroChina International Jabung Ltd. dalam rangka pengelolaan Blok Jabung senilai US$10 juta atau sekitar Rp159,42 miliar. Adapun, sisa kekurangan dana sekitar Rp2,05 miliar akan dilunasi RATU dengan kas internal perseroan.
Selain itu, sekitar Rp34,96 miliar dana IPI akan digunakan RATU untuk dipinjamkan kepada perusahaan asosiasi yaitu PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC). Pinjaman itu akan digunakan PJUC untuk mendukung kegiatan operasional melalui pemenuhan kewajiban pembayaran cash call dari ExxonMobil Cepu sekitar US$2,2 juta atau setara dengan Rp35,07 miliar. Sementara itu, sisa Rp102,5 juta akan dipenuhi dari kas internal RATU.
Dalam IPO, penjamin emisi efek RATU melaporkan terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 313,15 kali dalam penjatahan terpusat atau pooling allotment.
Direktur PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) Sumantri Suwarno menilai positif tanggapan pasar atas penawaran umum perdana saham PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU).
“Soal kelebihan permintaan tentu karena ini perusahaan dengan model bisnis yang simple dan portofolio aset yang jelas, blok besar dengan operator yang mumpuni tentu memberi kenyamanan bagi investor yang ingin investasinya aman,” kata Sumantri kepada Bisnis, Selasa (7/1/2025).
Soal prospek saham RATU, equity Research Analyst PT Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro memperkirakan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) berpeluang untuk mencetak auto rejection atas (ARA) saat melantai di bursa efek pada Rabu (9/1/2025).
Hendri beralasan peluang ARA itu berasal dari minat yang besar investor untuk membeli sebagian saham yang dilepas ke publik tersebut. Di sisi lain, Hendri mengatakan, penjatahan untuk saham RATU itu bakal ketat.
“ARA susah diprediksi ya, kalau saya lihat bisa [ARA] kalau penjatahannya sedikit, ada kemungkinan investor retail akan hold begitu kan,” kata Hendri di Gedung BEI, Jakarta, Senin (6/1/2025).
Apalagi, kata Hendri, potensi ARA itu didorong oleh rumor yang berseliweran sebelumnya ihwal keterlibatan konglomerat Prajogo Pangestu pada proses IPO kali ini.
Malahan, menurut dia, sejumlah investor ritel turut bertaruh banyak pada debut IPO anak usaha PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) tersebut.
“Saya ada kenalan, beberapa orang pesan jumlahnya cukup saya bilang jumbo lah, hampir mungkin sepertiganya dari nilai emisi, saya lihat mungkin dari penjatahan besok akan sedikit lebih kecil,” kata dia.
Sementara itu, BEI menyampaikan terdapat 22 calon emiten berada dalam pipeline IPO hingga Jumat (3/1/2025).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan bahwa sebanyak 22 perusahaan masuk dalam pipeline pencatatan saham BEI. Pada 2025, BEI menargetkan sebanyak 66 aksi IPO yang meluncur di pasar saham.
"Dari 22 calon perusahaan tercatat tersebut, 19 perusahaan memiliki aset skala besar, atau di atas Rp250 miliar," katanya Sabtu (4/1/2025).
Nyoman melanjutkan, terdapat 2 perusahaan skala menengah dengan nilai aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar yang mengantre untuk IPO. Selain itu, sebanyak 1 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala kecil, atau dengan aset di bawah Rp50 miliar.
Dari 22 perusahaan tersebut, lanjutnya, perusahaan yang bergerak pada sektor consumer non-cyclicals menjadi yang paling banyak, yakni lima korporasi.
Sementara itu, 3 perusahaan dari sektor basic materials, 1 perusahaan dari sektor consumer cyclicals, 3 perusahaan dari sektor energi dan 2 perusahaan dari sektor finansial. Lalu, 3 perusahaan dari sektor healthcare, 3 perusahaan industri, serta 2 perusahaan properti dan real estate.