Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia anjlok karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) tahun depan mendorong dolar menguat.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (19/12/2024), harga minyak mentah Brent turun 0,5% ke level US$73,02 per barel sementara jenis West Texas Intermediate terkoreksi 0,6% dan diperdagangkan pada level US$70,19 per barel.
Pejabat Fed menurunkan suku bunga acuannya seperti yang diharapkan pada Rabu (18/12/2024) waktu setempat, tetapi membatasi pemangkasan pada tahun depan. Dolar AS pun menguat ke level terkuatnya dalam lebih dari dua tahun, membuat komoditas lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.
Harga minyak mentah naik pada Rabu setelah persediaan nasional AS turun selama empat minggu berturut-turut.
Adapun, harga minyak telah terjebak dalam kisaran yang cukup sempit sejak pertengahan Oktober. Para pedagang mempertimbangkan prospek permintaan China yang lesu dan melonjaknya produksi dari luar OPEC+ terhadap risiko geopolitik dan kemungkinan Presiden terpilih Donald Trump akan bergerak untuk membatasi pasokan Iran.
"Pasar minyak sedang meninjau pasokan pada 2025 dan menjadi semakin tidak bearish," kata analis Macquarie Vikas Dwivedi dalam sebuah catatan.
Dia menuturkan, harga Brent pada kisaran US$70 per barel tampaknya akan menjadi level dukungan fundamental dan teknis.
Ketenangan yang relatif berarti minyak mentah berjangka ditetapkan untuk kisaran harga tahunan tersempit sejak 2019, menandai penghentian mendadak dari ayunan bemper selama bertahun-tahun setelah pandemi global dan perang di Ukraina dan Timur Tengah.