Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Lesu usai The Fed Beri Sinyal Batasi Pemangkasan Bunga 2025

Harga minyak dunia terpantau turun seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve tahun depan.
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Pompa angguk atau pump unit dan drilling rigs beroperasi di kilang minyak dekat Laut Kaspia, Baku, Azerbaijan pada Kamis (14/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia anjlok karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) tahun depan mendorong dolar menguat.

Mengutip Bloomberg pada Kamis (19/12/2024), harga minyak mentah Brent turun 0,5% ke level US$73,02 per barel sementara jenis West Texas Intermediate terkoreksi 0,6% dan diperdagangkan pada level US$70,19 per barel. 

Pejabat Fed menurunkan suku bunga acuannya seperti yang diharapkan pada Rabu (18/12/2024) waktu setempat, tetapi membatasi pemangkasan pada tahun depan. Dolar AS pun menguat ke level terkuatnya dalam lebih dari dua tahun, membuat komoditas lebih mahal bagi sebagian besar pembeli.

Harga minyak mentah naik pada Rabu setelah persediaan nasional AS turun selama empat minggu berturut-turut. 

Adapun, harga minyak telah terjebak dalam kisaran yang cukup sempit sejak pertengahan Oktober. Para pedagang mempertimbangkan prospek permintaan China yang lesu dan melonjaknya produksi dari luar OPEC+ terhadap risiko geopolitik dan kemungkinan Presiden terpilih Donald Trump akan bergerak untuk membatasi pasokan Iran.

"Pasar minyak sedang meninjau pasokan pada 2025 dan menjadi semakin tidak bearish," kata analis Macquarie Vikas Dwivedi dalam sebuah catatan. 

Dia menuturkan, harga Brent pada kisaran US$70 per barel tampaknya akan menjadi level dukungan fundamental dan teknis. 

Ketenangan yang relatif berarti minyak mentah berjangka ditetapkan untuk kisaran harga tahunan tersempit sejak 2019, menandai penghentian mendadak dari ayunan bemper selama bertahun-tahun setelah pandemi global dan perang di Ukraina dan Timur Tengah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper