Bisnis.com, JAKARTA — Emiten terafiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mengungkapkan alasan di balik melonjaknya pendapatan dan laba bersih perseroan sepanjang kuartal III/2024.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Rabu (18/12/2024), MBMA membukukan laba bersih sebesar US$18,46 juta atau sekitar Rp284,06 miliar (asumsi kurs Rp15.384 per dolar AS) sepanjang periode Januari sampai dengan September 2024.
Torehan laba bersih itu naik 2.627% dari pencatatan laba periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$677.097 atau sekitar Rp10,24 miliar.
Corporate Secretary MBMA Deny Greviartana Wijaya menerangkan lonjakan kinerja perseroan itu berasal dari kenaikan produksi limonit tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta produksi nickel pig iron (NPI) dan high-grade nickel matte (HGNM).
“Pada kuartal III/2024, seiring dengan upaya optimalisasi dan mobilisasi kontraktor tambang baru, volume produksi bijih limonit dan saprolit melonjak sebesar 130% dan 360% di bandingkan kuartal II/2024,” kata Deny seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (19/12/2024).
Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023.
Baca Juga
Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM.
“Hal ini menetapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan volume produksi signifikan di 2025 untuk memenuhi kebutuhan operasi RKEF dan HPAL kami,” kata Deny.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, pendapatan MBMA tercatat mencapai US$1,38 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 58% secara tahunan (year-on-year) dan laba bersih sebesar US$60 juta atau meroket 123% secara tahunan.
Adapun, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) dan laba bersih sebesar US$114 juta dan US$60 juta atau masing-masing melonjak 62% dan 124% secara tahunan.
Deny mengatakan kenaikan EBITDA terutama ditopang oleh bisnis pengolahan nikel, yaitu NPI senilai US$69 juta dan operasi pertambangan senilai US$35.
Di sisi lain, cash cost tambang SCM belakangan dapat diturunkan dari US$7 per WMT pada kuartal kedua menjadi US$6 per WMT pada kuartal ketiga 2024.
Penurunan biaya ini didukung oleh mobilisasi kontraktor tambang baru. Cash cost diyakini dapat terus diturunkan seiring dengan kenaikan volume produksi dan optimisasi infrastruktur.
Selain itu, cash cost untuk NPI turun menjadi US$10,387 per ton dari $12,775 per ton pada 9 bulan pertama 2023, menempatkan cash cost di posisi bawah target rentang US$10.000-US$11.000 untuk 2024.
“Kami sedang menyelesaikan pembangunan haul road baru dari tambang SCM ke Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Haul road ini penting karena dapat mengurangi biaya transportasi dan menyediakan koridor untuk transmisi listrik dan jaringan pipa yang menyalurkan bahan baku ke pabrik HPAL kami,” paparnya.
Perseroan optimistis target penjualan nikel 2024 akan tercapai, yaitu sebanyak 4–5 juta WMT saprolit dan 9,5–10,5 juta WMT limonit. Produksi diperkirakan akan meningkat pada 2025 seiring dengan rencana commissioning fasilitas feed preparation plant (FPP) kedua yang ditargetkan pada pertengahan 2025.
Sementara itu, Perseroan masih sesuai rencana dalam memenuhi target produksi smelter RKEF 2024 antara 80.000 hingga 85.000 ton nikel dalam NPI serta produksi nikel matte antara 50.000 hingga 55.000 ton nikel dalam HGNM.
Sebagai bagian dari strategi pertumbuhannya, MBMA bermitra dengan GEM Co., Ltd (GEM) mengembangkan 2 pabrik HPAL berlokasi di IMIP dengan kapasitas 30.000 ton per tahun (PT ESG New Energy Material) dan 25.000 ton per tahun (PT Meiming New Energy Material).
Kedua proyek HPAL ini tengah melaksanakan commissioning dan diperkirakan akan berproduksi sesuai kapasitas pada 2025. MBMA terus membangun kemitraan strategis untuk mengembangkan HPAL tambahan untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel limonitnya.
Proyek-proyek strategis lain juga memperlihatkan kemajuan yang positif. Pada kuartal III/2024, proses commissioning pabrik asam sulfat di proyek AIM yang dioperasikan oleh PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) berjalan dengan sukses.
Train 1 mencatatkan hasil commissioning sebesar 77.555 ton asam sulfat, sementara Train 2 berhasil melakukan commissioning pada September 2024 dan menghasilkan 5.119 ton asam sulfat.
Selain itu, pembangunan pabrik katoda tembaga juga memasuki tahap akhir. Beberapa bagian dan peralatan produksi telah mulai memasuki fase commissioning selama kuartal IV/2024.
__________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.