Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan moncer pada 2025 ditopang oleh sejumlah sentimen seperti tren penurunan suku bunga acuan serta fundamental ekonomi yang kuat. IHSG pun diproyeksikan mampu tembus level 8.000.
Direktur Investasi KISI Asset Management Arfan F. Karniody mengatakan IHSG pada 2025 mampu menguat meskipun secara global, kondisi ekonomi memang sedang dalam tren slowdown. Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat mampu menahan tekanan ekonomi global.
"Indonesia memiliki fundamental ekonomi kuat dengan GDP [gross domestic product] growth yang konsisten, tetap bisa tumbuh 5% karena didukung domestic consumption," ujarnya dalam acara Media Gathering KISI Asset Management pada Selasa (17/12/2024).
Pada tahun depan, pasar pun terdorong oleh momentum penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI). Pada 2025, terdapat peluang penurunan suku bunga acuan sebanyak dua kali.
Selain itu, iklim investasi Indonesia pada 2025 terdorong menurunnya persepsi risiko investasi Indonesia, di mana terjadi penyempitan spread antara imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia dengan imbal hasil obligasi 10 tahun AS.
Dalam skenario optimistis atau bull, KISI Asset Management memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sampai 5,3%. Kemudian, inflasi terkendali di level 3,5%. Lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu menguat ke level Rp15.500 per dolar AS.
Terjadi penurunan persepsi risiko investasi Indonesia, di mana imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia berada di level 6,5%, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun AS di level 4%.
Dalam skenario tersebut, KISI Asset Management menilai suku bunga acuan The Fed mampu turun ke level 3,75%. Alhasil, IHSG diproyeksikan moncer hingga menyentuh level 8.455.
Untuk skenario moderat atau base, ekonomi Indonesia tumbuh 5% dan inflasi menyentuh 2,5%. Adapun, nilai tukar rupiah diprediksi masih dalam tren terdepresiasi di level Rp16.000 per dolar AS.
Dalam skenario tersebut, imbal hasil obligasi Indonesia diproyeksikan di level 6,75% dan imbal hasil obligasi AS di level 4,25%. Suku bunga acuan The Fed diproyeksikan mencapai level 4%. Sementara itu, IHSG masih mampu menyentuh level 8.000.
Dalam skenario pesimis atau bear, ekonomi Indonesia diproyeksikan di level 4,7% dan inflasi 1,5%. Saat itu, nilai tukar rupiah diproyeksikan terdepresiasi hingga menyentuh level Rp16.500 per dolar AS.
Adapun, imbal hasil obligasi Indonesia menyentuh 7,5% dan imbal hasil obligasi AS di level 5,5%. Dalam skenario bear, The Fed diproyeksikan tidak menurunkan suku bunga acuannya dengan level tertahan di 4,5%. Alhasil, dalam skema bear, IHSG hanya menyentuh level 7.536.