BIsnis.com, JAKARTA — Emiten migas Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) membidik akuisisi lapangan minyak dan gas baru pada tahun depan.
“Tidak menutup kemungkinan di 2025 kami akan akuisisi aset baru. Targetnya adalah aset yang sudah harus berproduksi, dan kami akan menjadi operator,” kata Herwin W. Hidayat, Senior Advisor Investor Relations Energi Mega Persada, saat webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (14/12/2024).
Herwin menambahkan, perseroan menetapkan nilai akuisisi aset produksi baru tahun depan sekitar US$3–US$3,5 per barel ekuivalen. Dia mengatakan, rencana akuisisi ini diharapkan dapat menopang target pertumbuhan produksi migas perseroan sebesar 10% setiap tahun.
“Secara historis, ada beberapa aset yang berhasil kita akuisisi,” ujarnya.
Sepanjang periode 9 bulan 2024, ENRG mencatatkan laba bersih sebesar US$51,27 juta atau sekitar Rp805,49 miliar (asumsi kurs Rp15.710 per dolar AS).
Torehan tersebut naik 12% dari periode yang sama tahun sebelumnya di level US$45,69 juta atau Rp733,58 miliar. Net sales perseroan tumbuh 8% ke level US$319,66 juta dibandingkan tahun sebelumnya di US$296,39 juta.
Baca Juga
EBITDA juga meningkat 3% ke level US$180,53 juta. Namun, perseroan masih mencatatkan akumulasi rugi sebesar US$399,51 juta hingga akhir September 2024.
Posisi rugi tersebut menyusut dari US$450,79 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sucor Sekuritas memiliki pandangan positif terhadap prospek kinerja keuangan dan saham ENRG.
Sucor Sekuritas menyematkan rating buy dan target harga Rp720 per lembar saham. Kendati saham ENRG terkoreksi 3,17% ke level Rp244 per lembar, apresiasi sejak awal tahun mencapai 7,02%.
“Dari 2018 earnings negatif, lalu earnings positif di 2019, dan dari 2019 hingga 2023 per tahunnya bisa tumbuh 25%. Earnings-nya tumbuh 3 kali lipat,” ujar Andreas Yordan, Research Analyst Sucor Sekuritas. Menurutnya, saham ENRG diperdagangkan di level 5,3 kali PE dan 2,6 kali EV/EBITDA.
“ENRG itu punya profitability yang baik, under leverage. Dibandingkan dengan peers-nya, pertumbuhan ENRG lebih tinggi sementara yang lain sudah cukup leverage,” tambahnya. Dalam riset akhir bulan lalu, Sucor Sekuritas memproyeksikan pendapatan ENRG sebesar US$438 juta untuk 2024.
Sucor juga memperkirakan laba bersih sebesar US$73 juta pada akhir tahun ini. Proyeksi pendapatan dan laba bersih untuk 2025 naik menjadi US$544 juta dan US$84 juta.
“Perseroan telah sukses mengakuisisi dan mengambil alih Blok Sengkang, Bentu, dan Blok Malacca. Ketiga blok ini menyumbang 78% dari total valuasi ENRG dan 71% dari total produksi perusahaan,” tulis Yordan. Hingga akhir 2024, umur produksi cadangan 2P dan 2C ENRG mencapai 26 tahun.
Rinciannya, cadangan 2P sebesar 218 MMBOE dan 2C sebesar 216 MMBOE. Portofolio ENRG mencakup 8 blok produksi komersial dari 13 wilayah kerja (WK).
Delapan blok produksi tersebut antara lain B PSC, Malacca Strait PSC, Kampar PSC, Siak PSC, Bentu PSC, Korinci Baru PSC, Kangean PSC, dan Sengkang PSC. Lima blok lainnya seperti Bireun Sigli PSC, Gebang PSC, Tonga PSC, South CPP PSC, dan Buzi PSC masih dalam tahap eksplorasi.
Adapun peningkatan produksi migas belakangan ini didorong oleh akuisisi Blok Siak dan Blok Kampar. Transaksi akuisisi kedua blok tersebut rampung pada Maret 2024.
Saat ini, kedua blok minyak di Riau, Sumatra memproduksi sekitar 2.500 barel minyak per hari. Cadangan terbukti 2P dari dua blok ini sebesar 5,1 juta barel minyak.