Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.944,5 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (12/12/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan hari ini dengan melemah 0,16% atau 25,5 poin ke posisi Rp15.944,5 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau turun 0,16% ke posisi 106,54.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami tren pelemahan. Yen Jepang misalnya melemah 0,04%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, won Korea Selatan melemah 0,19%, dan yuan China melemah 0,05%.
Adapun, sejumlah mata uang Asia lainnya mengalami penguatan. Dolar Singapura misalnya menguat 0,04%, dolar Taiwan menguat 0,18%, peso Filipina menguat 0,1%, serta baht Thailand menguat 0,14% per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari luar negeri, data inflasi indeks harga konsumen yang sejalan membuat para pedagang meningkatkan taruhan bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya pekan depan.
Pasar kemudoan memperkirakan peluang 98% untuk pemangkasan 25 basis poin suku bunga The Fed, mengacu CME Fedwatch.
Selain itu, para pedagang lebih menyukai dolar AS di tengah meningkatnya keraguan atas prospek jangka panjang inflasi dan suku bunga.
Pembacaan CPI juga menunjukkan inflasi pada level terkuatnya dalam 7 bulan yang diperkirakan akan membuat The Fed berhati-hati atas pelonggaran moneter lebih lanjut.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah meningkat, setelah pasukan pemberontak Suriah menggulingkan pemerintah dan menguasai ibu kota Damaskus pada awal pekan ini.
Fokus juga tertuju pada Konferensi Kerja Ekonomi Pusat China atau CEWC. Pasar berharap mendapatkan rincian tentang langkah-langkah stimulus baru dari pertemuan tersebut, setelah Politbiro China memberikan sinyal paling dovish sejauh ini mengenai rencana untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dari dalam negeri, pemerintah melalui Menteri Keuangan RI melaporkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp401,8 triliun atau setara 1,81% PDB per November 2024.
Meski angka tersebut menunjukkan defisit, capaian ini masih berada di bawah target defisit total yang ditetapkan dalam UU APBN 2024, yaitu Rp522,8 triliun.
Untuk perdagangan besok, Jumat (13/12/2024), mata uang rupiah diproyeksikan akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.880 - Rp15.960 per dolar AS.