Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7.214,72 pada perdagangan hari ini, Kamis (28/11/2024). Jebloknya kinerja IHSG seiring dengan ambrolnya saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) atau yang sebelumnya Adaro Energy hingga menyentuh auto reject bawah (ARB).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,43% atau 31,17 poin ke level 7.214,72. IHSG dibuka di level 7.215,91 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah pada perdagangan hari ini 7.195,67. IHSG mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di 7.249,69.
IHSG ditutup dengan nilai transaksi yang diperdagangkan mencapai Rp10,7 triliun, volume transaksi 26,22 miliar lembar, dan frekuensi transaksi 1,06 juta kali. Adapun, market cap pasar saham Indonesia mencapai Rp12.148,97 triliun.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 234 saham menguat, 369 saham melemah, dan 342 saham tak beranjak atau stagnan.
Lesunya IHSG pada hari ini seiring dengan ambrolnya saham ADRO. Harga saham ADRO anjlok 24,8% ke level Rp2.760 per saham pada perdagangan hari ini.
Harga saham emiten tambang lainnya pun jeblok. Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), misalnya, turun 2,07%. Selain itu, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) juga turun 3,5%.
Lesunya IHSG juga terjadi seiring dengan masih ramainya aksi jual asing di pasar modal Indonesia. Pada perdagangan hari ini, tercatat net sell asing sebesar Rp594,12 miliar. Dalam sebulan perdagangan, total net sell asing menjadi Rp15,85 triliun.
Larinya dana investor asing atau capital outflow di pasar saham Indonesia didorong oleh sentimen penguatan dolar AS setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS.
Dilansir Bloomberg, dolar AS yang menguat dan imbal hasil US Treasury yang lebih tinggi telah mendatangkan malapetaka pada aset pasar di negara berkembang seperti Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Penyebabnya, kekhawatiran kebijakan Trump yang meningkatkan inflasi AS dan memaksa The Fed meredam penurunan suku bunganya.
“Apa yang awalnya menjadi pendorong utama bagi Asean, seperti dolar AS yang lebih rendah karena suku bunga dan inflasi yang lebih rendah, dalam beberapa bulan menjelang pemilihan AS telah berubah menjadi hambatan,” kata Head of Research di Valverde Investment Partners Pte. Niklas Olausson dikutip dari Bloomberg pada Kamis (28/11/2024).