Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham Indonesia telah mencatatkan arus dana keluar asing atau foreign capital outflow yang deras dalam beberapa pekan terakhir. Pada pekan ini, arus dana asing diproyeksikan kembali mengalir deras masuk ke pasar saham domestik.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham sebesar Rp3,65 triliun pada periode perdagangan pekan lalu, 18 - 22 November 2024.
Larinya dana asing dari pasar modal Indonesia pada pekan lalu melanjutkan tren jual asing pada pekan sebelumnya. Tercatat, pada periode perdagangan 11 - 15 November 2024, net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp4,64 triliun.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menilai larinya dana asing dari pasar saham Indonesia disinyalir karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali mendekati level Rp16.000.
Adapun, pelemahan rupiah itu terjadi seiring dengan kemenangan Donald Trump dalam kontestasi Pilpres AS. Pasalnya, kebijakan Trump yang akan pro-inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS telah memberi daya kepada greenback.
Sementara itu, ke depan, menurut Angga arus dana asing akan kembali masuk ke pasar saham Indonesia didorong oleh berbagai faktor.
Baca Juga
"Perkembangan pergerakan investor asing menarik untuk dilihat karena mendekati akhir bulan November yaitu 25 November 2024, akan ada rebalancing MSCI [Morgan Stanley Capital International]," ujar Angga dalam keterangan tertulis pada Senin (25/11/2024).
Selain itu, bulan depan atau Desember 2024 akan menjadi periode yang secara probabilitas tinggi untuk mengalami inflow dan IHSG bergerak bullish.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau mulai menguat pada perdagangan hari ini, Senin (25/11/2024). Berdasarkan data RTI Business, IHSG dibuka menguat 0,93% menuju ke posisi 7.262,14 pada pukul 09.00 WIB hari ini.
Penguatan IHSG kali ini melanjutkan kinerja hijau akhir pekan lalu, Jumat (22/11/2024), di mana IHSG menguat 0,77% ke level 7.195,56.
Menurut Angga, pada perdagangan pekan ini IHSG diproyeksikan bergerak menguat. Selain terdorong oleh sentimen arus dana asing yang masuk, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh sentimen inflasi PCE atau personal consumption expenditures di AS secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi PCE AS akan menjadi pertimbangan angka inflasi The Fed untuk mengambil keputusan suku bunga acuannya.
"Target inflasi AS masih di 2% dan The Fed diprediksi harus tetap mempertahankan suku bunganya pada Desember 2024 nanti untuk mengendalikan inflasi," tulis Angga.
Probabilitas konsensus pelaku pasar terhadap suku bunga tetap flat adalah sekitar 50% dan 50% lainnya berekspektasi suku bunga turun 25 basis poin.
Berkaca pada sentimen-sentimen tersebut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham:
1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA)
Buy JPFA (Current Price: 1.760, Entry: 1.760, Target Price : 1.850 (+5,1%), Stop Loss: < 1.710 (-2,8%), Risk to Reward Ratio = 1 : 1,8).
JPFA salah satu emiten perunggasan serius mendukung program makan bergizi gratis yang digagas pemerintah dengan tujuan meningkatkan konsumsi protein untuk masyarakat. Secara teknikal emiten ini juga mempertahankan trend di atas MA5, 10, dan 20.
2. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI)
Buy BMRI (Current Price: 6.250, Entry: 6.250, Target Price : 6.500 (+4,0%), Stop Loss: < 6.125 (-2,0%), Risk to Reward Ratio = 1 : 2,0).
BMRI terlihat mulai mengalami rebound dari sisi teknikal dengan membentuk pattern bullish engulfing. Selain itu BMRI berpotensi melanjutkan kenaikan untuk re-test MA20 di level 6.500.
3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO)
Buy GOTO (Current Price: 78, Entry: 78, Target Price: 86 (+10,3%), Stop Loss: < 74 (-5,1%), Risk to Reward Ratio = 1 : 2,0).
GOTO berhasil breakout dari level resistance 74-75 dan bertahan maka dapat melakukan pembelian dengan resistance sebelumnya menjadi resistance. Pemerintah memastikan bahwa uji coba program makan bergizi gratis mulai dilaksanakan di seluruh Indonesia pada Desember 2024 dan GOTO merupakan salah satu pendukung dari sisi logistik distribusi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.