Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia-Ukraina Memanas, Harga Minyak Melonjak Tembus US$75,17 per Barel

Harga minyak melonjak 1% ke level US$75,17 per Barel karena perang yang semakin memanas di Ukraina pekan ini, yang meningkatkan premi risiko geopolitik pasar.
Harga minyak melonjak 1% ke level US$75,17 per Barel karena perang yang semakin memanas di Ukraina pekan ini, yang meningkatkan premi risiko geopolitik pasar./ Bloomberg-Andrey Rudakov
Harga minyak melonjak 1% ke level US$75,17 per Barel karena perang yang semakin memanas di Ukraina pekan ini, yang meningkatkan premi risiko geopolitik pasar./ Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak naik sekitar 1% pada akhir perdagangan Jumat (22/11/2024), mencapai level tertinggi dalam dua pekan, karena perang yang semakin memanas di Ukraina pekan ini, yang meningkatkan premi risiko geopolitik pasar.

Mengutip Reuters Sabtu (23/11), harga minyak mentah berjangka Brent naik 94 sen, atau 1,3%, menjadi US$75,17 per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,14, atau 1,6%, menjadi US$71,24.

Kedua patokan minyak mentah naik sekitar 6% untuk minggu ini, level tertinggi sejak 7 November 2024 karena Moskow meningkatkan serangannya ke Ukraina setelah Inggris dan AS mengizinkan Kyiv menyerang lebih dalam ke Rusia dengan rudal mereka.

"Eskalasi perang Rusia-Ukraina telah meningkatkan ketegangan geopolitik melampaui level yang terlihat selama konflik selama setahun antara Israel dan militan yang didukung Iran," kata analis Saxo Bank Ole Hansen, dilansir Reuters, Sabtu (23/11/2024).

Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan terus menguji rudal hipersonik Oreshnik barunya dalam pertempuran dan memiliki stok yang siap digunakan.

Rusia kemudian menembakkan rudal tersebut ke Ukraina, yang dipicu oleh penggunaan rudal balistik AS dan rudal jelajah Inggris oleh Ukraina untuk menyerang Rusia.

"Yang ditakutkan pasar adalah kerusakan yang tidak disengaja di bagian mana pun dari minyak, gas, dan penyulingan yang tidak hanya menyebabkan kerusakan jangka panjang tetapi juga mempercepat spiral perang," kata analis PVM John Evans.

Sementara itu, AS memberlakukan sanksi baru pada Gazprombank Rusia saat Presiden Joe Biden meningkatkan tindakan untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina sebelum dia meninggalkan jabatannya pada 20 Januari tahun depan.

Kremlin mengatakan sanksi baru AS tersebut merupakan upaya Washington untuk menghalangi ekspor gas Rusia, tetapi mencatat bahwa solusinya akan ditemukan.

Selain dari Rusia, AS juga melarang impor makanan, logam, dan barang lain dari sekitar 30 perusahaan China lainnya atas dugaan kerja paksa yang melibatkan warga Uighur.

China, sebagai importir minyak terbesar di dunia, mengumumkan langkah-langkah kebijakan minggu ini untuk meningkatkan perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif.

Menurut analis, pedagang, dan data pelacakan pengiriman, impor minyak mentah China diperkirakan akan meningkat pada akhir November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper