Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harita Nickel (NCKL) Cetak Laba Rp4,83 Triliun per September 2024

NCKL membukukan pendapatan sebesar Rp20,37 triliun dengan laba sebesar Rp4,83 triliun hingga akhir September 2024.
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja melakukan proses pencetakan feronikel di salah satu pabrik tambang milik Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel mencatatkan laba sebesar Rp4,83 triliun sepanjang Januari sampai dengan September 2024. Torehan laba itu naik 4,09% dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp4,46 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir September 2024, NCKL membukukan pendapatan sebesar Rp20,37 triliun atau naik 18,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp17,29 triliun.

Sebagian besar pendapatan itu berasal dari akun pengolahan nikel mencapai Rp17,74 triliun, naik dari posisi pencatatan tahun lalu di angka Rp14,86 triliun. Adapun, pendapatan dari kontrak penambangan nikel relatif stabil di angka Rp2,63 triliun.

Mayoritas kontrak pengolahan nikel itu berasal dari Lygend Resources & Technology Co. Ltd., Tiongkok dengan nilai Rp10,86 triliun atau mengambil porsi 53% dari seluruh pendapatan kontrak pengolahan nikel perseroan.

Selanjutnya, Nigbo Lygend Wisdom Co. Ltd. Tiongkok mencatat pembelian sebesar Rp4,11 triliun atau 20% dari keseluruhan kontrak pengolahan nikel.

Sementara 14% atau sekitar Rp2,76 triliun kontrak pengolahan nikel berasal dari Glencore International AG, Swiss. Sisanya kontrak NCKL bersama dengan pihak berelasi dengan nilai Rp2,63 triliun.

Di sisi lain, NCKL mencatatkan beban pokok penjualan mencapai Rp13,71 triliun pada periode yang berakhir September 2024. Pos beban itu naik 22,83% dari posisi tahun sebelumnya di angka Rp11,16 triliun.

Sebagian besar beban pokok itu berasal dari pos biaya produksi langsung dengan total Rp10,73 triliun. Adapun, akun bahan baku dan bahan bakar masing-masing mencatatkan beban Rp4,12 triliun dan Rp4,06 triliun.

Setelah dikurangi beban pokok penjualan, NCKL mencatatkan laba bruto sebesar Rp6,66 triliun. Sementara itu laba usaha dan laba sebelum pajak penghasilan tercatat sebesar Rp5,8 triliun dan Rp6,79 triliun.

Adapun, total liabilitas NCKL sampai akhir September 2024 sebesar Rp18,3 triliun, lebih tinggi dari posisi yang berakhir 31 Desember 2023 di angka Rp16,89 triliun.

Sementara itu, total aset NCKL sampai kuartal III/2024 sebesar Rp51,69 triliun. Rinciannya, total aset lancar sebesar Rp16,01 triliun dan total aset tidak lancar Rp35,68 triliun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper