Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Badai Rafael dan Pilpres AS Picu Kenaikan Harga Minyak

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,6% ke US$75,53 per barel, sedangkan harga minyak mentah WTI AS naik 0,7% ke level US$71,99 per barel.
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto
Tangki penyimpanan minyak di Midland, Texas, AS, pada hari Kamis, 3 Oktober 2024. / Bloomberg-Anthony Prieto

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak terpantau bergerak naik seiring badai tropis Rafael yang diperkirakan akan mengurangi produksi AS di Teluk Meksiko dan pelemahan dolar AS pada Hari Pemilu yang menunjukkan pemilihan presiden AS sangat ketat.

Mengutip Reuters pada Rabu (6/11/2024), harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,6% atau 45 sen menjadi US$75,53 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,7% atau 52 sen ke level US$71,99 per barel.

"Minyak mentah ditawar [naik] karena dinamika pasokan/permintaan yang bullish, geopolitik, dan demam pemilu, dengan sedikit perubahan cuaca sebagai langkah yang baik," kata Director of Energy Futures di Mizuho, Bob Yawger dalam sebuah laporan.

Pertarungan calon presiden AS antara mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan Wakil Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris menuju akhir yang tidak menentu ketika masyarakat Amerika menuju tempat pemungutan suara.

"Hasil [pemilihan] mungkin tidak akan diketahui dalam hitungan hari, bahkan minggu, dan kemungkinan besar akan ditantang dan ditentang," kata Tamas Varga, analis di PVM, sebuah perusahaan pialang dan konsultan yang merupakan bagian dari TP ICAP.

Indeks kurs dolar AS merosot ke level terendah tiga pekan versus sekeranjang mata uang lainnya karena para pedagang mengatur posisi menjelang hasil pemilu. Melemahnya greenback membuat harga minyak lebih murah di negara lain.

Sektor jasa AS meningkat ke level tertinggi dalam dua tahun pada Oktober 2024 karena lapangan kerja meningkat pesat, menunjukkan bahwa terhentinya pertumbuhan lapangan kerja pada bulan lalu merupakan sebuah penyimpangan.

Adapun, defisit perdagangan AS melonjak ke level tertinggi dalam 2,5 tahun pada bulan September.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan energi di Teluk Meksiko mulai mengevakuasi pekerja dari anjungan lepas pantai menjelang badai tropis Rafael, yang diperkirakan akan meningkat menjadi badai pada minggu ini. Para analis mengatakan badai ini dapat mengurangi produksi minyak sekitar 4 juta barel.

Pada pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka di OPEC+ mengatakan mereka akan menunda kenaikan produksi sebulan mulai bulan Desember karena lemahnya permintaan dan meningkatnya pasokan non-OPEC menekan pasar.

Eksportir minyak terbesar Arab Saudi menurunkan harga minyak mentah ringan Arab yang dijualnya ke Asia pada bulan Desember.

Pekan yang Sibuk

Market Strategist di IG International, Yeap Jun Rong menyebut bahwa pengambilan risiko masih terbatas di tengah minggu yang sibuk. Hal tersebut karena banyak ya agenda yang terjadi pada pekan ini, termasuk pemilu AS, pertemuan kebijakan Federal Reserve AS, dan pertemuan Kongres Rakyat Nasional China (NPC) yang membuat banyak pedagang absen.

"Perhatian juga tertuju pada pertemuan NPC China untuk mencari kejelasan mengenai stimulus fiskal guna meningkatkan prospek permintaan negara tersebut, namun kita tidak akan melihat adanya komitmen yang kuat sebelum hasil pemilu presiden AS, dan hal ini akan terus menjaga harga minyak dalam jangka pendek. permainan," kata Yeap.

Ketua dan salah satu pendiri Gunvor, salah satu pedagang minyak terbesar di dunia, mengatakan hanya ada sedikit pertumbuhan dalam permintaan minyak dan industri ini mungkin melakukan investasi berlebihan.

Di AS, data penyimpanan minyak akan dirilis dari kelompok perdagangan American Petroleum Institute pada hari Selasa dan Badan Informasi Energi AS pada hari Rabu. Para analis memproyeksikan perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan sekitar 1,1 juta barel minyak mentah ke dalam penyimpanan selama pekan yang berakhir 1 November.

Bandingkan dengan peningkatan sebesar 13,9 juta barel pada minggu yang sama tahun lalu dan peningkatan rata-rata sebesar 4,2 juta barel selama lima tahun terakhir atau pada rentang 2019—2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper