Bisnis.com, JAKARTA — Kurs dolar AS naik ke level tertinggi sejak Juli karena hasil awal pemilihan presiden AS menunjukkan keunggulan Donald Trump di beberapa negara bagian utama. Hal tersebut meningkatkan permintaan perdagangan yang bergantung pada janji kebijakan proteksionisme mantan presiden tersebut.
Indeks Bloomberg Dollar Spot menguat lebih dari 1% di tengah permintaan aset safe haven dan ketika para pedagang kembali bertaruh yang dianggap mendapat manfaat dari kebijakan pajak rendah dan tarif tinggi di bawah pemerintahan Trump.
Partai Republik telah mengambil keunggulan awal melawan Wakil Presiden Kamala Harris di Georgia dan North Carolina, dua negara bagian utama, sementara penghitungan suara di negara lain masih dalam tahap awal.
Lonjakan greenback membuat mata uang lain di seluruh dunia merosot, dengan euro melemah lebih dari 1%. Yen, dolar Australia, dan franc Swiss juga turun lebih dari 1%, sementara pelemahan peso Meksiko mencapai angka 2%.
"Kekuatan dolar karena membaiknya peluang Trump dalam penghitungan suara awal benar-benar memukul peso Meksiko, euro, dan yen," kata Charu Chanana, Chief Investment Strategist di Saxo Markets dikutip dari Bloomberg pada Rabu (6/11/2024).
Dia melanjutkan, likuiditas awal pasar Asia yang tipis dan kegembiraan dari hasil awal telah memperkuat pergerakan pasar dalam memperkirakan peluang kemenangan Trump yang lebih tinggi.
Baca Juga
Pertarungan ketat ini telah meningkatkan volatilitas di pasar ketika para pedagang mencoba mengukur potensi dampak dari kemenangan Trump, yang rencana tarif dan pemotongan pajaknya akan mengguncang perdagangan global dan berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di AS.
Hal ini mendorong dana lindung nilai (hedge fund) dan pedagang lainnya untuk bersiap dengan melakukan apa yang disebut sebagai Trump trade pada sebagian besar bulan Oktober, sehingga menaikkan dolar dan menjatuhkan mata uang lain seperti peso Meksiko, sebelum penampilan Harris yang kuat dalam jajak pendapat tertentu membalikkan sebagian dari hal tersebut pada minggu ini.
Pada tanggal 29 Oktober, dana lindung nilai dan pedagang spekulatif lainnya bersiap untuk kenaikan lebih lanjut pada greenback, juga didorong oleh permintaan terhadap aset-aset safe haven akibat hasil pemilu.
Dana tersebut, bersama dengan manajer aset dan spekulan lainnya memegang sekitar US$17,8 miliar dalam posisi dolar bullish, menurut data Commodity Futures Trading Commission yang dikumpulkan oleh Bloomberg.