Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Melemah, Sentuh Rp15.724 per Dolar AS

Rupiah ditutup melemah ke level Rp15.724 pada perdagangan hari ini, Senin (28/10/2024). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat ke 104,32.
Rupiah ditutup melemah ke level Rp15.724 pada perdagangan hari ini, Senin (28/10/2024). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat ke 104,32./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rupiah ditutup melemah ke level Rp15.724 pada perdagangan hari ini, Senin (28/10/2024). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat ke 104,32./ JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.724 pada perdagangan hari ini, Senin (28/10/2024). Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,50% ke Rp15.724 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,07% ke 104,32.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia mayoritas ditutup melemah. Yen Jepang turun 0,68%, dolar Singapura turun 0,12%, dolar Taiwan turun 0,01%, won Korea Selatan naik 0,58%, dan peso Filipina naik 0,14%.

Kemudian rupee India stagnan, yuan China melemah  0,08%, ringgit Malaysia turun 0,44%, dan baht Thailand turun 0,36%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan saat ini trader cenderung mengoleksi dolar AS untuk mengantisipasi pemilihan presiden 2024 yang tinggal sepekan lagi di Amerika Serikat.

Penguatan dolar AS juga didukung oleh ekspektasi meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang, setelah koalisi yang dipimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan akhir pekan.

Di sisi lain, kekhawatiran atas konflik yang lebih besar di Timur Tengah mereda setelah Israel tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran dalam serangan selama akhir pekan.

Ibrahim juga menyebutkan fokus pasar pekan ini adalah pada serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk. Data tersebut di antaranya data produk domestik bruto dari AS dan zona Euro yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang.

Data indeks harga PCE atau pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, juga akan dirilis akhir minggu ini.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari pemerintah yang harus melakukan pembayaran utang jatuh tempo, termasuk utang dari burden sharing bersama Bank Indonesia ketika Covid-19 lalu.

Menurut catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) yang dibeli Bank Indonesia (BI) berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKBI) II senilai Rp100 triliun pada 2025.

Melihat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2021, terdapat SBN berupa SUN seri Variable Rate (VR) yang khusus dijual kepada BI di Pasar Perdana dalam rangka SKB II dan SKB III dengan total nilai sebesar Rp612,56 triliun.

Jatuh tempo utang tersebut mulai pada 2025 senilai Rp100 triliun, dan akan berlanjut dengan angka variatif hingga 2029 atau pada Kabinet Merah Putih berakhir nantinya.

Adapun secara total, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat profil jatuh tempo utang pemerintah pada 2025 mencapai Rp800,33 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo SBN sejumlah Rp705,5 triliun dan jatuh tempo pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan rupiah akan diperdagangkan fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.710-Rp15.810.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper