Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp15.455 per Dolar AS

Rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.455 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (21/10/2024).
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.455 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (21/10/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,16% atau 25,5 poin ke posisi Rp15.455 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,05% ke posisi 103,257.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,18%, ringgit Malaysia menguat 0,20%, peso Filipina menguat 0,33%, won Korea menguat 0,09%, dolar Singapura menguat sebesar 0,04%, dan dolar Taiwan justru menguat 0,06%.

Sementara itu, rupee India melemah 0,00%, baht Thailand melemah 0,16%, yuan China melemah 0,01%, dan dolar Hong Kong melemah 0,01%. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sudah memprediksi bahwa untuk perdagangan Senin (21/10/2024), mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat direntang Rp15.380-Rp15.500 per dolar AS.

Pada perdagangan akhir pekan lalu (18/10/2024), mata uang rupiah ditutup menguat 26 point sebelumnya sempat menguat 50 point di level Rp15.481 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.507 per dolar AS.

Ibrahim mengatakan bahwa data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan, dan hasil lain yang menunjukkan klaim pengangguran mingguan turun, yang menunjukkan kekuatan di pasar tenaga kerja. 

Pembacaan tersebut memperkuat gagasan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dengan margin yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang. 

Namun, pemangkasan 25 basis poin oleh ECB mengindikasikan bahwa bank-bank sentral global utama masih bersiap untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan lingkungan suku bunga yang lebih rendah danaset-aset non-imbal hasil lainnya.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump bersiap untuk pemilihan presiden yang ketat, dengan kurang dari 3 pekan tersisa hingga pemungutan suara. Perbedaan dalam pendirian kedua kandidat memicu peningkatan ketidakpastian atas hasil Pemilu. 

Sementara itu, jajak pendapat media menunjukkan Harris unggul tipis atas Trump, pasar prediksi dan taruhan sebagian besar condong ke arah kemenangan Trump, yang memicu lebih banyak ketidakpastian atas hasil yang mungkin terjadi.

Data domestik bruto menunjukkan ekonomi China tumbuh 4,6% tahun ke tahun pada kuartal ketiga, seperti yang diharapkan. 

Pertumbuhan kuartal ke kuartal juga meningkat, meskipun pertumbuhan PDB tahun berjalan masih di bawah target tahunan pemerintah sebesar 5%, karena langkah-langkah stimulus terbaru dari negara itu kurang memuaskan.

Sementara dari internal, kondisi ekonomi yang kini cenderung kurang stabil, ditambah dengan beban keuangan yang semakin besar, bunga utang yang semakin besar, Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk kembali menempatkan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan di kabinet barunya dengan dibantu oleh tiga wakil menteri adalah sikap yang realistis dan bijaksana.

Pengangkatan Sri Mulyani merupakan upaya strategis agar tim ekonomi kabinet baru mendatang dapat segera bekerja, mengingat pengalamannya sebagai Menteri Keuangan selama hampir dua periode kepresidenan sebelumnya membuat Sri Mulyani dapat meneruskan pekerjaan yang belum terselesaikan.

Meskipun begitu, Prabowo melihat perlunya kaderisasi pada lingkungan Kementerian Keuangan, khususnya pada pos menteri, sehingga ditunjuk tiga wakil menteri untuk mendampingi Sri Mulyani. 

Ketiga nama tersebut adalah Suahasil Nazara yang sekarang adalah Wamenkeu I dan telah berpengalaman memimpin sejumlah lembaga di bawah Kementerian Keuangan, Thomas Djiwandono yang kini tengah menjabat sebagai Wamenkeu II, serta Anggito Abimanyu yang merupakan ekonom senior dan mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF).

Sementara itu, terkait dengan pembentukan Badan Penerimaan Negara, terdapat sisi positif maupun negatif mengenai pemisahan pengelolaan penerimaan negara dengan Kementerian Keuangan. 

Apabila kewenangan tersebut dipisah, maka kinerja kedua lembaga tersebut menjadi lebih fokus, sedangkan jika kewenangan tersebut tetap digabung, maka sinkronisasi antara pengeluaran dan pendapatan dapat dilakukan dengan lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper