Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham BUMN pilihan alias IDX BUMN20 mengalami koreksi usai Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17–18 September 2024, BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6%. Adapun, suku bunga deposit facility menjadi 5,25% dan suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6,75%.
Seiring hal itu, data Bloomberg Terminal menunjukkan selama periode 19 September 2024 hingga Rabu (2/10/2024), indeks saham BUMN turun 4,05% dari level 417,47 menuju 400,55.
Penurunan indeks selaras dengan koreksi harga saham yang dialami emiten bank pelat merah. Sedikitnya, ada lima saham pemberat atau top laggards IDXBUMN20 selama periode tersebut. Mereka adalah BBRI, BBNI, TLKM, BMRI, dan BRIS.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memimpin daftar top laggards indeks dengan penurunan sebesar 7,66% selama periode 19 September–2 Oktober 2024. Penurunan itu membebani indeks dengan bobot mencapai 31,87%.
Posisi berikutnya ada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang membebani indeks dengan bobot sebesar 25,45%. Usai suku bunga acuan BI dipangkas, harga saham BBNI mengalami koreksi 6,14% menuju posisi Rp5.350 per saham.
Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melemah 6,41% ke Rp2.920, sedangkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terkoreksi menuju Rp6.975. Kedua saham ini membebani IDXBUMN20 dengan bobot 23,65% dan 23,61%.
Saham selanjutnya adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) yang membukukan penurunan harga 6,37% menuju level Rp2.940, dengan bobot terhadap indeks sebesar 8,37%.
Di sisi lain, penurunan indeks BUMN juga sejalan dengan koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks komposit melemah 2,87% selama sepekan terakhir dan parkir di level 7.524,30 pada Kamis (3/10/2024).
Laporan Stockbit Sekuritas menyebutkan, pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir berpotensi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, aksi profit taking investor asing setelah indeks menguat hingga menembus all-time high ke posisi 7.900 pada pertengahan September 2024.
Kedua, hadirnya stimulus dari bank sentral China atau Peoples Bank of China (PBoC) yang membuat pelaku pasar mengalihkan investasi ke Negeri Tirai Bambu. Hal ini tecermin dari kenaikan Indeks Shanghai SSE Composite Index dan CSI300 selama sepekan.
“Kami menilai penurunan harga saham yang terjadi di IHSG hanya bersifat sementara, sehingga dapat dijadikan kesempatan untuk membeli saham big banks, terutama yang menurun cukup signifikan belakangan ini seperti BBRI dan BBNI,” tulis Stockbit.
Menurut tim analis Stockbit, dimulainya siklus pemangkasan suku bunga, foreign inflow ke pasar negara berkembang seperti Indonesia cenderung meningkat secara historis.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.