Bisnis.com, JAKARTA - Investasi aset kripto bukan hanya trading harga. Perkembangan teknologi blockchain terkini telah membuka peluang investor mendapatkan pendapatan pasif (passive income) melalui proyek-proyek decentralized finance (DeFi).
Saat ini, Indonesia termasuk salah satu negara di Asia yang sangat terbuka terhadap proyek-proyek DeFi berdasarkan laporan Chainalysis 2024 Geography of Cryptocurrency Report.
Porsi transaksi DeFi di Tanah Air dengan share 15,5% dari total, ternyata terbilang tinggi ketimbang negara Asia lain yang juga terbuka terhadap kripto, seperti Singapura (12,7%), Vietnam (11,9%), maupun India (11,2%).
Direktur Eksekutif Asosiasi Blockchain Indonesia Asih Karnengsih dalam laporan itu melihat bahwa keingintahuan tinggi masyarakat Indonesia tentang kripto telah membuat berbagai layanan advanced aset kripto ikut tereksplorasi.
"Semakin banyak pengguna mengeksplorasi platform dan layanan, seiring ramainya berbagai komunitas kripto di Indonesia yang mampu membuat anggotanya secara aktif berpartisipasi dalam yield farming, staking, dan proyek-proyek token dalam DeFi," ujarnya dalam laporan tersebut, dikutip Selasa (1/10/2024).
Lembaga edukasi kripto Pintu Academy pun menjelaskan decentralized finance, seperti namanya, adalah sistem keuangan terdesentralisasi berbasis teknologi blockchain yang dapat diakses oleh siapa saja tanpa perantara seperti bank.
Baca Juga
"DeFi berkembang pesat sejak 2020 yang dikenal sebagai DeFi Summer. Banyak aplikasi DeFi bermunculan, menawarkan layanan keuangan alternatif dari sistem tradisional," ujar Tim Pintu Academy dalam keterangan resmi.
Pada prinsipnya, DeFi menawarkan kesempatan besar untuk membuat aset keuangan bekerja secara produktif dan menghasilkan keuntungan. Berbagai layanan seperti pinjam-meminjam aset, staking, farming, atau perdagangan derivatif dapat dimanfaatkan.
Sebagai contoh, di platform seperti Aave, pengguna dapat menyediakan aset seperti Ethereum (ETH) sebagai jaminan untuk meminjam koin stabil seperti Tether USD (USDT).
Prosesnya sederhana, cukup hubungkan wallet ke DApps Aave, pilih jumlah yang ingin disetorkan atau dipinjam, dan ikuti langkah-langkah konfirmasi transaksi.
DeFi memungkinkan akses layanan keuangan kapan saja, tanpa pembatasan jam operasi, serta memungkinkan pengelolaan aset secara mandiri tanpa campur tangan lembaga keuangan.
"Namun, penting untuk memperhatikan risiko likuidasi dalam meminjam aset kripto, terutama dalam platform yang menggunakan sistem overcollateralized seperti Aave. Selalu pantau kondisi pasar dan kelola portofolio dengan bijak," tambahnya.
Cara memanfaatkan berbagai proyek DeFi pun mudah. Cukup menghubungkan crypto wallet seperti Metamask dengan aplikasi decentralized (DApps).
Langkah pertama, pilih jaringan blockchain seperti Ethereum, Binance Smart Chain, atau Polygon, lalu buat crypto wallet. Nantinya, wallet ini berfungsi sebagai penghubung dengan aplikasi DeFi. Selanjutnya, beli cryptocurrency yang dibutuhkan untuk membayar biaya transaksi (gas fee) di dalam aplikasi.
Misalnya, Ethereum (ETH) digunakan untuk membayar gas fee di jaringan Ethereum. Crypto dapat dibeli di berbagai platform jual beli aset kripto yang diakui di Bappebti dan dikirimkan ke wallet yang sudah dibuat. Setelah itu, pilih aplikasi DeFi sesuai kebutuhan.