Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Emiten Batu Bara ADRO, BUMI, PTBA Mitigasi Risiko La Nina

Cuaca basah La Nina dan harga batu bara acuan yang merangkak naik menjadi dua faktor yang membayangi kinerja emiten-emiten batu bara jelang akhir tahun.
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA—Emiten-emiten batu bara merancang strategi untuk mengantisipasi tangangan cuaca hujan akibat La Nina yang berimbas terhadap operasional tambang. Di sisi lain, memanasnya harga acuan batu bara menjadi katalis positif pada akhir tahun. 

Sejumlah emiten batu bara, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) memberikan tanggapan mengenai kenaikan HBA dan risiko dampak La Nina.

Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra menjelaskan pihaknya optimistis dapat menjaga kinerja yang positif, sejalan dengan target hingga akhir tahun 2024.

"Perusahaan juga telah mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mempertahankan kinerja dan memitigasi kondisi pasar yang fluktuatif," kata Niko, Senin (23/9/2024).

Sementara itu, Corporate Secretary Golden Energy Mines Sudin menuturkan naiknya harga batu bara acuan ini tentu berdampak positif bagi kinerja GEMS.

"HBA yang naik tentu berpengaruh positif ke kinerja GEMS. Semoga harga batu bara bagus bisa bertahan sampai akhir tahun," ujar Sudin, Senin (23/9/2024).

Adapun tahun ini, GEMS menargetkan untuk memproduksi 50 juta ton batu bara, naik dari realisasi produksi pada 2023 yang sebesar 40 juta ton.

Faktor Cuaca Basah Berimbas ke Operasional

PTBA juga telah menyiapkan strategi untuk menghadapi fenomena cuaca La Nina yang menyebabkan curah hujan menjadi lebih tinggi.

Niko Chandra menjelaskan PTBA berusaha untuk tetap agile dan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi eksternal, termasuk perubahan cuaca seperti La Nina.

"PTBA mengoptimalkan volume produksi melalui perencanaan tahapan penambangan yang cermat dan terukur," kata Niko.

PTBA juga memastikan telah memiliki stok batu bara yang memadai. Hal tersebut dapat menjamin pasokan batu bara ke pasar.

Sebagaimana diketahui, pada 2024, PTBA menargetkan produksi batu bara sebesar 41,3 juta ton, dengan penjualan 43,1 juta ton, dan angkutan 33,7 juta ton.

Dari sisi penjualan, PTBA mencetak volume penjualan batu bara 20,05 juta ton pada semester I/2024, meningkat 15% YoY.

Sementara itu, Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia Febriati Nadira menjelaskan faktor cuaca adalah sesuatu yang tidak dapat dikontrol perusahaan. 

"Langkah antisipasi yang kami lakukan terhadap risiko cuaca antara lain dengan memperkuat rantai pasokan untuk menghadapi kondisi cuaca buruk," ujar Nadira, Senin (23/9/2024). 

Selain itu, lanjut Nadira, ADRO juga tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat dikontrol perseroan. Hal tersebut seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya. 

Menurutnya, keunggulan operasional serta efisiensi biaya merupakan hal-hal yang menjadi perhatian ADRO.

Nadira juga memastikan hingga saat ini operasional ADRO berjalan dengan baik. ADRO juga tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan, dengan fokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan. 

Sebagai informasi, ADRO menargetkan volume penjualan sebesar 65 juta ton sampai 67 juta ton batu bara di tahun ini. Penjualan tersebut meliputi 61 juta ton sampai 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton sampai 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR).

Hingga semester I/2024 ADRO mencatatkan produksi sebesar 35,74 juta ton batu bara, atau meningkat 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar 33,41 juta ton. 

Sejalan dengan peningkatan produksi tersebut, penjualan batu bara ADRO juga naik menjadi 34,94 juta ton, naik 7% dibandingkan dengan semester I/2023 yang sebesar 32,62 juta ton.

Untuk penjualan batu bara metalurgi ADRO melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) meningkat 43% menjadi 2,59 juta ton pada semester I/2024. 

Terpisah, Corporate Secretary PT United Tractors Tbk. (UNTR) Sara K Loebis menjelaskan UNTR biasanya memiliki perencanaan mengenai musim penghujan yang biasanya terjadi pada kuartal terakhir dan pertama.

"Di musim kering kami biasanya menggenjot produksi supaya bisa lebih cepat mencapai titik tertentu," ujar Sara dalam Astra Media Day, Rabu (18/9/2024).

Dia menuturkan hal tersebut untuk mengantisipasi pekerjaan yang mulai melandai pada musim hujan dikarenakan lokasi tambang yang licin dan pergerakan alat berat yang lebih sulit.

Sara juga menuturkan UNTR mengantisipasi La Nina dengan menyiapkan infrastruktur pendukung seperti pelapisan rutin terhadap jalan tambang.

Meski cukup menantang, Sara mengungkapkan musim penghujan membuat debit air sungai menjadi meningkat, sehingga memudahkan UNTR untuk mengangkut batu bara.

“Positifnya, dari sisi penjualan batu bara, di Kalimantan agak ke tengah harus diantarkan ke selatan sejauh 400 kilo meter. Kalau kering, sungai agak cetek, kalau hujan bisa kami lewati,” tutur Sara.

Hingga semester I/2024, anak usaha UNTR di sektor pertambangan batu bara Pamapersada Nusantara (PAMA) merealisasikan volume produksi batu bara sebanyak 69,6 juta ton. Volume produksi batu bara dari tambang klien PAMA itu naik 17,96% secara tahunan dari 59 juta ton pada 6 bulan 2023.

Di sisi lain, volume overburden removal (OB) PAMA juga meningkat dari 521,3 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 589,9 juta bcm. Jumlah itu termasuk akumulasi volume OB pada Juni sebanyak 99,8 juta bcm dan produksi batu bara pada Juni 2024 yang tercatat sebesar 12,5 juta ton.

Sementara itu, emiten batu bara kongsi Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) meyakini fenomena La Nina tidak akan mengganggu produksi batu bara BUMI.

"Tidak ada perubahan target volume produksi batu bara kami di 2024 sebesar 78-82 juta ton," kata Direktur BUMI Dileep Srivastava.

Adapun pada paruh pertama 2024, Srivastava menyampaikan BUMI telah memproduksi 37,7 juta ton batu bara, naik 7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,4 juta ton.

Srivastava juga mengungkapkan apabila cuaca cukup mendukung pada semester II/2024, BUMI bisa saja meningkatkan produksi batu bara perseroan.

"Tetapi tentu itu bergantung pada permintaan pasar," ucap Srivastava.

Faktor Kenaikan HBA dan Rekomendasi Saham

Kementerian ESDM menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada September 2024 meningkat menjadi US$125,15 per ton untuk jenis 6.322 kcal/kg GAR dengan total moisture 12,26%, sulphur 0,66%, dan ash 7,94. Angka ini mengalami kenaikan dari HBA Agustus senilai US$115,29 per ton.

Di pasar global, harga batu bara Newcastle per Jumat (20/9) mencapai level US$139 per ton. Harga tersebut naik rebound setelah pekan lalu sempat mencapai level terendah sejak 22 Maret 2024 di level US$132,25 per ton.

Namun demikian, emiten batu bara dihadapi tantangan cuaca yang cenderung basah. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan dan Akbar Hidayat dalam laporannya menyebutkan per Agustus 2024, produksi batu bara Indonesia mencapai 540 juta ton, naik 3,4% year-on-year (YoY) dan memenuhi 59% dari target RKAB dan 76% dari target ESDM.

“Curah hujan yang lebih tinggi dari yang diperkirakan di Sumatra dan Kalimantan memperlambat output, sehingga tidak memenuhi perkiraan kami untuk produksi Agustus yang lebih kuat,” paparnya dalam publikasi riset, Selasa (24/9/2024).

Pihaknya mempertahankan estimasi produksi batu bara tahun ini di kisaran 780 juta-830 juta ton, naik tipis 1,5%-7,4% YoY, karena hujan pada Oktober dan November. Produksi kuartal III/2024 kemungkinan lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Dari sisi harga, harga patokan batu bara Newcastle rata-rata mencapai US$134 per ton per 8 bulan pertama 2024. Pada Agustus 2024, harga naik 8% month-on-month (MoM) menjadi US$146, naik dari US$135 pada Juli 2024, terutama karena faktor musiman, yaitu ekspektasi permintaan energi yang lebih tinggi selama musim dingin.

Secara keseluruhan, Mirae mempertahankan perkiraan harga batu bara Newcastle 2024 di US$130-US$140 per ton. Mirae cenderung memandang netral sektor batu bara dengan rekomendasi saham ADRO hold dengan target Rp3.650, ITMG hold Rp25.500, dan PTBA jual dengan target Rp2.500.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper