Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin, Harga Minyak Dunia Malah Lesu

Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis (19/9/2024) setelah pemangkasan suku bunga The Federal Reserve yang lebih besar dari perkiraan.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Kamis (19/9/2024) di pasar Asia setelah pemangkasan suku bunga Federal Reserve yang lebih besar dari perkiraan memicu kekhawatiran terhadap perekonomian AS.

Mengutip Reuters pada Kamis (19/9/2024), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak November turun 34 sen, atau 0,46%, menjadi US$73,31 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Oktober berada di level US$70,49 per barel, turun 42 sen atau 0,59%.

Pelemahan harga minyak salah satunya dipengaruhi keputusan bank sentral AS, The Fed, yang memangkas suku bunga sebesar setengah poin persentase atau 50 basis poin pada Rabu waktu setempat. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa The Fed melihat pasar kerja melambat. 

Pandangan tersebut tampaknya memberikan beban yang lebih besar ketimbangan sentimen positif dari penurunan suku bunga yang biasanya berdampak pada aktivitas ekonomi.

"Sementara pemotongan 50 basis poin mengisyaratkan tantangan ekonomi yang berat di masa depan, investor yang bearish merasa tidak puas setelah The Fed menaikkan prospek suku bunga jangka menengah," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Selain itu, lemahnya permintaan akibat melambatnya perekonomian China juga terus membebani pergerakan harga minyak dunia.

“Kekhawatiran permintaan yang sedang berlangsung dari Tiongkok membayangi keputusan The Fed,” kata analis pasar IG Tony Sycamore.

Produksi kilang di China melambat untuk bulan kelima pada bulan Agustus, menurut data biro statistik pada akhir pekan. Pertumbuhan output industri Negeri Panda itu juga melambat ke level terendah dalam lima bulan pada bulan lalu, dan penjualan ritel serta harga rumah baru semakin melemah.

Namun, analis Citi dalam laporannya mengatakan permintaan minyak China mungkin meningkat sebesar 300.000 barel per hari tahun-ke-tahun pada kuartal keempat. Hal tersebut seiring dengan peningkatan pengoperasian kilang independen dan dimulainya kilang baru Shandong Yulong Petrochemical, yang memberikan dukungan terhadap permintaan global.

Adapun, pasar juga mengawasi peristiwa-peristiwa di Timur Tengah setelah walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah meledak pada hari Rabu menyusul ledakan serupa pada hari sebelumnya.

Pejabat Israel tidak mengomentari serangan tersebut, namun sumber keamanan mengatakan agen mata-mata Israel Mossad bertanggung jawab, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan peningkatan perang Israel yang telah berlangsung selama 11 bulan di Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper