Bisnis.com, JAKARTA -- Aksi penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) tercatat sepi pada kuartal III/2024. Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan sepinya IPO pada Juli-September 2024 tidak berkaitan dengan rencana pengetatan peraturan BEI setelah terungkapnya kasus gratifikasi oknum BEI.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan tren IPO secara global memang tercatat turun 16%. Kawasan Asia Pasifik menjadi salah satu kawasan dengan penurunan IPO terdalam di tahun ini.
"Ini karena beberapa hal. Pertama, kondisi ekonomi, inflasi dan suku bunga tinggi. Lalu ada tensi geopolitik, perubahan iklim, dan pemilu yang terjadi pada 50% negara di dunia," kata Nyoman di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Baca Juga : Dugaan Gratifikasi Oknum BEI, Otoritas Jasa Keuangan Dalami Potensi Keterkaitan Pegawai OJK |
---|
Menurut Nyoman, sebanyak 50% negara di dunia yang mengadakan pemilu memberikan kontribusi terhadap 60% produk domestik bruto (PDB) dunia.
Di Indonesia, lanjut Nyoman, sampai Agustus memang terjadi penurunan jumlah IPO dan raihan dana IPO.
"Apakah ada kaitannya dengan pengetatan [IPO] yang dilakukan? Itu baru rencana, itu akan dilakukan. Apakah karena kemarin ada yang menyalahi kode etik? Secara global terjadi penurunan, terutama di Asia Pasifik," ujar Nyoman.
Dengan penurunan ini, kata Nyoman, Bursa tidak mengubah target pencatatan instrumen sampai akhir tahun ini. Menurutnya, target pencatatan instrumen BEI sampai akhir tahun adalah sebanyak 340 efek, yang mencakup perusahaan tercatat, obligasi, KIK-EBA, ETF, dan lain-lainnya.
Sementara itu, Direktur Utama BEI Iman Rachman memperkirakan aksi IPO baru akan semarak lagi pada kuartal IV/2024. Hal ini karena calon perusahaan tercatat banyak yang lebih memilih menggunakan buku Desember atau Juni.
"Pengamatan saya, banyak yang pakai Desember atau buku Juni, jadi ramainya kuartal IV. Itu jadi kenapa alasan, IPO tidak akan sebanyak di kuartal IV dan semester I," tuturnya.
Sebelumnya, hingga 30 Agustus 2024 BEI mencatat total 23 calon emiten yang berada dalam antrean atau pipeline initial public offering (IPO).
Meski demikian, jumlah pipeline IPO yang dimiliki BEI itu menurun dibandingkan dengan data hingga 9 Agustus 2024 yang terdapat 28 perusahaan. Padahal pada periode 9-30 Agustus tidak terjadi pencatatan saham baru atau listing di BEI.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan penurunan jumlah pipeline IPO disebabkan ada keputusan internal perusahaan untuk menunda.
“Maupun yang berdasarkan evaluasi Bursa belum dapat memberikan persetujuan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (5/9/2024).
Nyoman menambahkan semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dan tidak ada kaitannya dengan isu lain.