Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (5/9/2024) ke level Rp15.399 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,52% atau 80 poin ke level Rp15.399. Indeks dolar AS terpantau turun 0,06% ke level 101,29.
Bersamaan dengan rupiah, sebagian besar mata uang kawasan Asia pun dibuka menguat. Dolar Singapura misalnya menguat 0,09%, dolar Taiwan melemah 0,38%, dan won Korea menguat 0,18%.
Selanjutnya, yen Jepang menguat 0,01% dan dolar Hong Kong menguat 0,04%. Selain itu, Peso Filipina menguat 0,28%, diikuti dengan penguatan yuan dan Ringgit Malaysia masing-masing 0,20% dan 0,47%. Adapun, Baht Thailand ikut mengalami penguatan sebesar 0,46%.
Sementara itu, hanya Rupee India yang mengalami pelemahan terhadap dollar AS sebesar 0,01%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan investor tengah bersiap menghadapi pekan yang penuh dengan data penting, termasuk laporan penggajian AS yang akan dirilis pada Jumat mendatang.
Laporan pekerjaan ini, kata Ibrahim, diharapkan memiliki dampak besar terhadap keputusan Federal Reserve atau The Fed yang akan diumumkan pada 18 September 2024.
“Antisipasi terhadap data penggajian ini meningkat setelah komentar dari Ketua Fed, Jerome Powell, bulan lalu yang menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga karena kekhawatiran melemahnya pasar tenaga kerja,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (4/9/2024).
Menurut indikator CME FedWatch, ada peluang 63% untuk penurunan sebesar 25 basis poin dan peluang 37% untuk penurunan sebesar 50 basis poin. Secara keseluruhan, pasar telah memperhitungkan total penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin sepanjang 2024.
Dari dalam negeri, Ibrahim menuturkan bahwa pasar merespons positif data inflasi Agustus 2024 yang mencapai 2,12% year-on-year (YoY). Posisi itu bergerak stabil karena didorong oleh penurunan sebagian besar harga pangan.
“Namun, pemerintah tetap mewaspadai potensi risiko musim kemarau yang dapat berdampak pada komoditas beras,” pungkasnya.
Inflasi harga yang diatur pemerintah tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,68% YoY, didorong oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok. Sementara itu, inflasi harga bergejolak melanjutkan tren penurunan sebesar 3,04% YoY.
Penurunan harga pangan terutama didorong oleh pasokan yang melimpah seiring dengan masa panen serta turunnya biaya produksi seperti pakan jagung.